SuaraJakarta.co, JAKARTA – Film “Ketika Mas Gagah Pergi” (KMGP) yang rencananya akan ditayangkan di akhir tahun 2015 terus menuai banyak pujian. Film besutan novelis terkemuka Helvy Tiana Rosa – atau yang kerap disapa Bunda Helvy – ini ternyata memiliki banyak cerita menarik di baliknya. Aqil Wilda Arief (25) yang berkesempatan bertemu Bunda Helvy kemarin malam (8/10) pun mengungkapkan kekagumannya saat bertemu dengan Bunda Helvy.
“Alhamdulillah. Malam lalu (8/10/15), kami diberikan kesempatan untuk dapat bersilaturrahim dengan seseorang yang bisa kami anggap langka di Negeri kita ini. Seseorang yang kuat idealismenya lagi sarat dengan semangat tatkala kita lihat karya-karyanya,” kata Aqil kepada Suara Jakarta.
Menurut Aqil, novel KMGP bukan merupakan novel biasa. Dengan dirilis tahun 1992, novel ini habis terjual bahkan sebelum novel cetaknya terbit. “Novel yang bukan sekadar novel biasa. KMGP adalah novel penggugah sarat inspirasi. Banyak orang berubah menjadi lebih baik dan lebih kenal Tuhannya karena membaca novel ini,”jelas pengelola Asrama Mahasiswa PPSDMS Nurul Fikri ini.
Menurutnya, bahwa mimpi dan perencanaan KMGP untuk diangkat ke layar lebar sesungguhnya sudah dilakukan sejak lama. Namun, baru pada tahun 2015 lah mimpi tersebut mulai direalisasikan. Aqil menambahkan KMGP akan ditayangkan pada awal 2016 dan kini baru menyelesaikan 30% proses penyuntingan. “KMGP The Movie, begitu tajuk yang diambil, dan brand yang coba dikenalkan kepada publik. Bagi mereka yang sudah khatam (selesai) membaca novel KMGP pastinya penasaran, akan seperti apa ketika Ia diangkat menjadi sebuah film, “tambah ayah dari satu putra ini.
Aqil menjelaskan KMGP The Movie merupakan cita-cita 23 tahun. Perjuangan mempertahankan idealisme mewarnai pembangunan cita-cita tersebut. Bersama dengan tiga orang rekan karibnya, Bunda Helvy memperjuangkan film ini. Namun kini Bunda Helvy berjuang sendirian tersebab tiga orang rekan karibnya telah terlebih dahulu meninggalkannya di dunia, yaitu Chaerul Umam, Pepeng Soebardi, dan Didi Petet. Dengan kondisi ini, jelas Aqil, semakin dahsyat semangat yang digelorakan oleh Bunda Helvy untuk realisasikan film ini, demi untuk wujudkan cita-cita bersama.
Selain dari kesendirian perjuangan untuk mengangkat KMGP ke layar lebar, masih ada perjuangan idealisme lainnya yang harus dihadapi.
“Tak sedikit godaan yang dihadapi oleh Bunda Helvi, seperti tawaran 11 Production House (PH) untuk membeli lisensi KMGP, bahkan tawaran dari perusahaan rokok untuk mensponsori film ini dengan angka belasan milliar rupiah. Namun tetap, Bunda Helvy tidak bergeming. Bunda Helvy menginginkan KMGP The Movie menjadi film yang penuh idealisme tapi fenomenal, “tegas Aqil.
Dengan memasang target 1.000.000 viewer saat launching, Bunda Helvy mengajak banyak komunitas dan institusi yang bervisi serupa, untuk dapat mensupport Jihad di dunia perfilman ini. Dengan demikian, ini adalah proyek besar umat Islam untuk menghadirkan film yang berkualitas namun tetap memiliki idealisme yang luhur.
Aqil berharap KMGP The Movie tidak menjadi film biasa di kalangan anak muda. KMGP The Movie, harapannya, adalah film penuh dengan idealisme.
“Dari cerita yang disampaikannya semalam kepada kami, terasa bahwa idealisme dapat dirasakan dari konten, sejarah dalam merealisasikan film dan proses pengerjaan film itu sendiri. Dengan begitu, film ini begitu berharga untuk diperjuangkan oleh siapapun di tengah perfilman Indonesia yang sedang redup dari segi kualitasnya, “tutup alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini.