Jakarta – Didaftarkan ke KPUD 18 Maret 2012, Alex dan Nono disokong tiga partai. Golkar, PPP, dan Partai Damai Sejahtera. Tiket 18 kursi DPRD DKI digenggam. Lebih 4 kursi dari jumlah minimum disyaratkan.
Pasangan ini sadar betul, pertarungan bakal berat. Saingan mereka putra daerah. Waktu pemilihan pun mepet, sisa tiga bulan menuju Juli. Berbagai ketertinggalan mereka kejar. Program sudah digodog disajikan ke berbagai tokoh dan forum. “Saya juga sadar ini berat, tapi tambah berat, tambah semangat,” kata Alex seperti dilansir VIVAnews.
Meski tak sama dengan Palembang, Alex Noerdin mengaku mengenal baik Jakarta. Alex lahir di Palembang 9 September 1950 ini, pernah bersekolah di Ibukota. Tentu, untuk maju ke kursi No.1 DKI, Alex harus punya persiapan cukup. Tiga bulan terakhir, dia melahap menu khusus, studi tentang Jakarta. Dia paham problem terberat Jakarta adalah macet, banjir, dan masalah sosial lainnya.
Bagi Alex, macet Jakarta sudah parah. “Dulu, katanya di atas jam 22.00 WIB sudah tidak macet lagi. Sekarang sampai pagi masih macet. Dulu hujan macet. Sekarang, mau hujan atau tidak, tetap saja macet.”
Akar kemacetan itu, kata Alex, adalah penggunaan kendaraan pribadi. Dia mengutip statistik, pada 2002, sekitar 51 persen warga DKI memakai kendaraan umum. Tapi pada 2010, jumlah itu tinggal 17 persen.
Di Singapura dan Jepang, kata Alex membandingkan, transportasi publik lebih laku. Jalanan tidak macet parah. “Di Indonesia masih menggunakan mobil pribadi. Soalnya, angkutan umum belum bagus. Kalau dijamin nyaman pasti semua pakai angkutan umum.”
Kendaraan kian padat. Angkanya bertumbuh 9-15 persen per tahun. Tapi jalan hanya bertambah 0,01 persen per tahun. Perkembangan tak seimbang. Jakarta terancam mengalami grid lock. “Saudara keluar dari rumah, mobil keluar dari garasi langsung macet. Seluas Jakarta tak bisa maju, dan tak bisa mundur. Ini bencana, kalau itu terjadi akhir 2014, kita tak bisa bergerak lagi. Itu namanya grid lock,” Alex memaparkan.
Menurutnya, jalan di Jakarta juga kian sempit. Bahu jalan banyak dipakai untuk berdagang dan parkir. Belum lagi banjir di sejumlah titik. Itu juga penyebab kemacetan akut. Lalu, apa solusi Alex?
Dia berencana memaksimalkan TransJakarta. Lima koridor baru akan dibangun. Armada TransJakarta juga ditambah 1.000 unit. Feeder busway diperbanyak, dilengkapi parkiran untuk kendaraan penumpang. Seperti di Ragunan. Ada 10 titik akan dibangun dengan konsep serupa. “Penumpang yang mobilnya parkir di sana hanya membayar satu tiket,” ujar dia.
Monorail yang mangkrak, akan dia realisasikan. Dia mengklaim tahu kunci persoalan yang menghambat proyek ini. “Tapi tidak bagus kalau saya sampaikan di sini. Itu menyerang beberapa orang,” katanya. “Tapi diteruskan, karena tiangnya sudah ada, kan sayang. Kalau tidak diteruskan untuk mencabut tiangnya saja mahal.”
Mass Rapid Transit (MRT) akan dipercepat pembangunannya. Kereta Rel Listrik (KRL) ditambah gerbong dan frekuensinya, agar bisa menampung seluruh penumpang. “Kenapa banyak yang naik di atas, karena kapasitasnya kurang. Kenapa tidak ditambah gerbong. Atau kenapa frekuensi tidak ditambah.”
Alex prihatin dengan persimpangan lintasan kereta di Jakarta. Ada 94 persimpangan tak punya palang pintu. Setiap kereta melintas, harus diperlambat lajunya. Persimpangan itu akan dihapus dalam tiga tahun. Sebagai ganti, akan dibangun underpass dan flyover.
Karena tahu kuncinya, dia pun sesumbar. “Pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono menjamin bisa membebaskan Jakarta dari macet dan banjir selama 3 tahun, kalau tidak mundur.”
Meski demikian, Alex mengaku tak bisa menyelesaikan masalah macet sendirian. Menurut dia, saat malam penghuni Jakarta hanya 10,1 juta. Namun, saat siang menjadi 12,6 juta jiwa. Itu hitungan tahun 2011 awal. Jadi ada sekitar 2,5 juta orang masuk Jakarta tiap hari.
Mereka berasal dari Tangerang masuk 550 ribu, dari Bekasi 800 ribu per hari. Sementara, dari Depok dan Bogor masuk 600 ribu. Dan di Jakarta sendiri terjadi pergerakan 18,7 juta penduduk. “Sebagian menggunakan kendaraan pribadi. Seandainya 2,5 juta pendatang itu 60 sampai 70 persen menggunakan kendaraan umum, sudah sangat meringankan beban lalu lintas Jakarta,” Alex menuturkan. [Vivanews/Eko Huda S, Oscar Ferri, Siti Ruqoyah]