Site icon SuaraJakarta.co

Pilih Joget di TikTok, Joget Sadbor Berpotensi Membuat Masyarakat Indonesia Kelaparan

Oleh : Yanuar Catur Pamungkas (CEO Bantuinonline.com)
SuaraJakartaCo – Belakangan ini, banyak perbincangan mengenai kisah sukses seorang mantan penjahit keliling yang kini aktif dalam dunia konten di media sosial bernama Gunawan, atau kerap disapa dengan panggilan “Sadbor.” Setelah sukses menjajal profesi sebagai konten kreator di media sosial, khususnya sebagai live streamer di TikTok, Sadbor pun terinspirasi untuk melibatkan kerabat-kerabatnya di Desa Bojongkembar, Sukabumi.

Menurut keterangan yang disampaikan Sadbor, ia mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp400.000 hingga Rp700.000 per hari melalui saweran dari penonton selama sesi live streaming di TikTok. Dalam sehari, ia melakukan sesi live dari pagi hingga sore, dan terkadang juga pada malam hari. Keunikan joget “ayam patuk” yang ditampilkan bersama warga kampungnya menarik perhatian penonton untuk memberikan gift atau saweran, yang saat ini menjadi sumber pendapatan utama mereka sekaligus meningkatkan perekonomian komunitas warga desa.

Sebelumnya, mayoritas warga Desa Bojongkembar di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berprofesi sebagai petani. Namun, seiring dengan popularitas joget “Sadbor” yang dipelopori oleh Gunawan, banyak warga desa yang beralih menjadi kreator konten di platform TikTok. Mereka melakukan live streaming dengan menampilkan joget khas tersebut untuk mendapatkan saweran dari penonton, yang kini menjadi sumber penghasilan utama bagi banyak warga desa.

Peningkatan penghasilan bagi warga Desa Bojongkembar tentu adalah kabar baik yang patut diapresiasi. Namun, dampak jangka panjang dari alih profesi massal ini tidaklah tanpa risiko. Mayoritas warga desa yang saat ini mengikuti jejak Sadbor berprofesi sebagai petani, di mana kita tahu bahwa petani adalah tulang punggung ketahanan pangan negara. Tidak terbayangkan jika alih profesi petani terjadi secara massal; kita mungkin akan menghadapi kekurangan bahan pangan lokal dan akhirnya bergantung pada impor dari negara lain, yang tentu saja berdampak buruk dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, gegap gempita joget Sadbor ini tidak bisa kita terima mentah-mentah sebagai sebuah kebaikan. Fenomena ini mirip dengan awal kemunculan ojek online yang menggiurkan banyak orang untuk menjadi pengemudi. Namun, seiring berjalannya waktu, justru penghasilan para pengemudi ojek online semakin tidak menentu. Mereka yang sebelumnya memiliki pekerjaan formal dengan gaji tetap dan asuransi kini harus berjuang sebagai pengemudi online demi bertahan hidup karena tidak ada pilihan lain.

Alih profesi massal ke profesi baru di era digital ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada ketahanan sebuah negara. Banyaknya profesi strategis yang dirasa penghasilannya tidak sebesar profesi baru ini berdampak pada ketahanan negara di masa mendatang. Salah satu contohnya adalah ketahanan negara di bidang pangan yang akan terancam apabila jumlah petani terus berkurang. Apabila semakin sedikit warga yang berprofesi sebagai petani, maka jumlah produksi pangan dalam negeri akan menurun. Hal ini mengakibatkan negara semakin bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan pangan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kerentanan ekonomi dan ketahanan pangan secara keseluruhan alias terburuknya negara ini akan menghadapi masalah kelaparan massal.

Exit mobile version