Site icon SuaraJakarta.co

Buat Kamu Yang Tak Bisa Lepas Dari Gadget, Selamat! Kamu Sudah Masuk Zona Anti Sosial

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Permasalahan bangsa bukan melulu soal hukum, soal ekonomi, atau soal lemahnya pendidikan, melainkan juga soal masyarakat yang kini menjadi anti sosial.

Masyarakat yang anti sosial lahir dari kesibukan pribadinya terhadap perangkat gawai (gadget). Semakin tidak bisa lepas dari gadget, semakin parah tingkat anti sosial yang dimiliki seseorang. Ini bahaya, prilaku anti sosial akan membuat perpecahan di masyarakat. Mengapa?

Masyarakat anti sosial sudah tidak peduli dengan kondisi sekitar. Sikap cuek akan ditunjukkan oleh para remaja yang lengket dengan gadget. Ketika ada masalah, respon yang keluar pertama adalah masa bodoh, emang gue pikirin, bukan urusan gue, urus saja masalahmu, jangan ikut campur urusan gue. Sehingga nilai-nilai sosial yang selama ini dibanggakan, toleransi, dan saling menghargai menjadi lenyap karena sibuk dengan sosial media di gadget.

Berikut 3 fase tumbuhnya masyarakat anti sosial yang menjadi permasalahan bangsa.

– Fase anak-anak
Anak-anak yang sudah memiliki gadget, cenderung tidak saling kenal dengan anak lainnya yang ada di sekitar. Ia akan sibuk dengan gadgetnya saat main. Makanya, mainan orang dulu dimainkan ramai-ramai, sedangkan sekarang mainannya hanya dimainkan sendirian di dalam rumah (gadget).

– Fase remaja
Remaja yang tak bisa lepas dari gadget, kemana-mana pegang gadget, sambil makan buka gadget, jalan-jalan sibuk dengan gadget, bahkan ngobrol sama orang tuanya pun mata remaja ini melihanya ke layar gadget. Sudah jelas remaja seperti ini anak tumbuh mejadi manusia yang cuek. Itulah fase menuju anti sosial.

– Fase dewasa
Jika masa anak-anak sudah tidak saling kenal, kemudian masa remaja menjadi pribadi yang cuek, kemungkinan besar sudah dewasa akan menjadi manusia yang tidak memiliki rasa peduli terhadap apapun. Itulah masyarakat anti sosial.

Mulai saat ini, yuk kita bijak adalam menggunakan gadget. Lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitar. Meningkatkan dan menjaga nilai-nilai dan norma sosial, terutama menumbuhkan sikap toleransi terhadap pebedaan. Maka, Indonesia akan kembali kepada peradaban ketimuran yang indah. (edi)

Exit mobile version