Site icon SuaraJakarta.co

Kisah Pecandu Rokok Yang Sukses

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti. (Foto: IST)

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti. (Foto: IST)

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Bertahun-tahun ia merokok dengan dalih rasa yang nikmat membuatnya ketagihan.

Bagas (bukan nama asli) punya alasan klasik kenapa ia merokok. Setiap kali Bagas berdebat soal rokok, ia pasti mengatakan kalau mau mati, ya mati saja. Siapa saja dan kapan saja kematian pasti datang. Bahkan banyak juga tuh yang sedang olah raga juga mati.

Soal penyebab kanker pada himbauan di kemasan rokok, Bagas cuma berkata, itu hanya alasan produsen rokok agar mengikuti undang-undang. Toh banyak kanker bukan karena rokok, tapi karena terlalu banyak makan mecin.

Setiap ada kampanye anti rokok, dirinya merasa terisinggung. Katanya, kalau ga suka rokok, ga usah lah kampanye begituan. Apa sih untungnya? Cetusnya.

Selang beberapa tahun, Bagas menikah dan punya anak. Kebutuhan rumah tangga semakin banyak. Kebutuhan anak semakin mahal. Apakah Bagas mikirin berhenti merokok? Tidak. Justru hebatnya, kata Bagas, perokok itu selalu bisa merokok walau tidak punya duit.

Caranya? Cukup gabung dengan teman, ngobrol, sambil merokok deh. Karena setiap perokok, rasa solidaritasnya tinggi sekali. Rokok sebungkus selalu bagi-bagi.

Dua tahun kemudian, Bagas dinyatakan sakit paru-paru. Dokter mendiagnosisnya karena disebabkan oleh rokok. Ketika dokter menyarankan untuk berhenti merokok, Bagas malah balik sewot. Katanya, tugas dokter mengobati, bukan menceramahi. Dokter pun langsung pergi. Dokter berkata, kalau begitu, urus saja dirimu sendiri. Dokter dengan senang hati mengobati dan merawat orang yang mau sembuh.

Selang beberapa waktu, Bagas makin parah. Sang dokter tetap memenyaranka agar berhenti merokok. Namun, bahas belum bergeming dan belum berniat berhenti merokok.

Kondisi makin parah, sakti Bagas mulai kronis, setiap menghisap asap rokok, ia kesakitan. Dan akhirnya ia mememutuska untuk tidak merokok sampai ia sembuh.

Setelah sembuh, ia merokok kembali. Allah pun menegurnya kedua kali. Penyakitnya kambuh lagi. Setelah Bagas tahu penyebabnya karena asap rokok, akhirnya ia sadar dan berazam tidak akan merokok selama hidupnya.

Nah sahabat, kadang pecandu rokok harus mengalami sakit terlebih dahulu untuk mulai berhenti merokok. Apakah setiap pecandu rokok akan mengalami sakit? Haruskah setelah sakit baru insap?

Bagas sukses dalam mengakhiri jalan candunya. Walau harus sakit dua kali terlebih dahulu. Setidaknya, dengan tidak merokok, bukan hanya kesehatan yang terjaga, melainkan bisa mengurangi resiko kena sakit.

Exit mobile version