Siang itu adalah hari ketujuh perjalanan umrohnya, dan dia -juga dua rekan sekamarnya- mulai bersin-bersin dan merasakan nyeri di tenggorokan. Seorang jamaah lain yang ternyata seorang dokter menyodorinya kapsul vitamin C ‘slow release’, menurut sang dokter, jenis suplemen slow release itu lebih efektif dan aman bagi lambungnya. Dan dalam kondisi udara dingin serta aktivitas fisik berlebih sebagai jamaah umroh: melakukan tawaf sunnah selepas sholat, sehari bisa lebih dari 3 kali bolak balik ke Al-Harom mengejar pahala berlipat sholat, maka suplementasi vitamin C dengan dosis dan sediaan yang sesuai akan membantu menjaga fitalitas tubuh.
Namun ada juga rekannya yang sempat menawari suntikan vitamin C dosis tinggi sebelum berangkat umroh. Jadi, yang mana yang lebih baik?
Apa Itu Vitamin C Dosis Tinggi?
Sebuah situs milik Lembaga Pendidikan dan Penelitian Medis Mayoclinic menyebutkan bahwa dosis harian Vitamin C yang direkomendasikan oleh badan gizi dan pangan Amerika adalah bervariasi. Pria dewasa disarankan mengkonsumsi 90 miligrams perhari, sedangkan wanita hanya 75 miligram. Wanita hamil disarankan mengkonsumsi lebih banyak, yaitu 85 mg, dan 120 mg jika menyusui. Beberapa pakar menyarankan dosisnya ditambah 35 mg pada individu tertentu, misalnya pada perokok.
Konsumsi harian melebihi dosis di ataslah yang disebut dengan vitamin C dosis tinggi, yang hingga hari ini masih menjadi polemik serta kontroversi di antara pakar kesehatan.
Ahli Kimia Yang Memberi Saran Soal Gizi
Linus Pauling, Ph.D. (1901-1994), adalah orang pertama yang menyarankan penggunaan vitamin C dosis tinggi. Ia adalah ahli kimia penerima dua kali nobel, pada tahun 1954 dalam bidang kimia serta dalam bidang perdamaian pada 1962.
Menurutnya, manusia membutuhkan mineral dan vitamin jauh lebih besar daripada yang pernah disebutkan oleh ahli gizi. Dialah yang menyebarkan pemahaman bahwa vitamin C efektif melawan flu dan penyakit lain, bahkan untuk mencegah gangguan mental. Tidak ada dokter maupun pakar kesehatan lain yang menyetujui ide ini. Pada tahun 1970, ia mulai mengusulkan penggunaan vitamin C 1000 mg untuk mencegah flu, ia mengklaim 45% flu bisa dicegah dengan dosis itu. Dosis yang ia sarankan bahkan lebih tinggi pada tahun 1976. Hingga dalam buku keempatnya ‘How To Feel Better and Live Longer’ tahun 1986 ia menyarankan vitamin C dosis mega, yaitu 12 gram dalam kondisi normal, serta 40 gram dalam kondisi flu, 40 kali lipat daripada sediaan tablet Vitamin C dengan dosis tertinggi saat ini.
Pada tahun 1993, setelah melakukan beberapa kali radioterapi untuk kanker prostat yang dideritanya, Pauling berdalih bahwa vitamin C telah menunda onset kankernya hingga 20 tahun. Dia wafat setahun kemudian.
Berapa Banyak Yang Harus Dikonsumsi Per Hari ?
Banyak orang akhirnya memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen harian dengan dosis bahkan hingga 2000 mg perhari. Para ahli sepakat bahwa pemenuhan vitamin C terbaik adalah dari sumber alami, yaitu konsumsi buah dan sayuran. Lima porsi buah sehari dalam lima waktu yang berbeda bisa memenuhi kebutuhan itu. Ini bisa berupa jeruk, pepaya, pisang, jambu biji, atau melalap sayuran segar dengan jumlah yang kurang lebih sama. Ini setara dengan 200 mg tablet vitamin C.
Para ahli tidak bisa membuktikan bahwa dosis melebihi 400 mg sehari memberikan manfaat. Konsumsi di atas 400 mg tersebut akan banyak dibuang secara otomatis melalui ginjal dalam waktu singkat.
Badan pangan dan nutrisi Amerika -The Food and Nutrition Board, U.S. National Academy of Sciences- menyebutkan bahwa batas maksimum vitamin C yang masih dapat ditoleransi oleh tubuh yang tanpa efek samping berbahaya adalah di bawah 2000 mg perhari. Namun mereka menyarankan konsumi vitamin C tidak lebih dari 1000 mg perhari. Apalagi jika asupan dari makanan sudah mencukupi, maka suplemen tidak dibutuhkan.
Benarkah Bermanfaat?
Berikut beberapa kondisi yang dianggap akan membaik dengan pemberian vitamin C dosis tinggi beserta pendapat ahli tentangnya:
1. Kanker. Banyak situs pengobatan alternatif yang menjanjikan pengobatan kanker dengan pemberian vitamin C dosis tinggi. Merrka mengaitkan dengan efek antioksidannya, sementara antioksidan dipercaya berperan dalam memperlambat mutasi gen yang berujung kanker.
Sayangnya, The American Cancer Society -suatu badan yang selalu melakukan riset tentang kanker- menyebutkan bahwa belum ada bukti yang mengesahkan vitamin C dosis tinggi dapat menyembuhkan kanker, apalagi menyarankan secara rinci berapa dosis hariannya bagi penderita kanker. Banyak pasien kanker yang kemudian tetap semakin parah jika bergantung pada vitamin C untuk kesembuhannya.
2. Luka Bakar. Satu institusi pernah memberikan suntikan vitamin C dosis tinggi pada penderita luka bakar parah, dan mereka mengklaim pasien sembuh lebih cepat. Namun saat institusi lain melakukan hal yang sama, pasien tidak menunjukkan efek sebaik pasien sebelumnya. Dan ternyatq banyak peneliti tidak berhasil membuktikan manfaatnya. Mereka pub menyimpulkan bahwa vitamin c dosis tinggi tidak boleh menggantikan terapi lain yang telah terbukti mempercepat penyembuhan luka bakar. Mereka bahkan khawatir akan efek toksis bagi ginjal, darah dan hati akibat dosis tinggi injeksi ini.
Bagaimana dengan luka bakar ringan akibat sinar matahari alias sunburn? Sama saja.
3. ISPA, infeksi saluran nafas atas. Begitu mulai muncul gejala flu: bersin, pilek, batuk, ternyata konsumsi vitamin C dapat mempercepat penyembuhan. Namun, efeknya sama saja baik jika diberikan dalam dosis wajar maupun dengan dosis tinggi. Jadi, gunakan dosis wajar saja, hindari bertindak mubazir.
4. Hamil. Para peneliti menemukan, bahwa dosis tinggi harian pada kehamilan tiga bulan pertama dapat menekan produksi hormon progesteron. Padahal progesteron dibutuhkan ibu hamil agar kehamilan berjalan baik. Maka vitamin C dosis tinggi hingga lebih dari 1000 mg perhari dapat menyebabkan keguguran, sehingga tidak dianjurkan bagi ibu hamil.
Beberapa Efek Samping
Well, jika anda masih ngotot ingin mengkonsumsi juga vitamin C dosis tinggi, maka berhati-hatilah untuk hal yang mungkin terjadi, seperti: mual, diare, pusing, kram atau nyeri perut, mual hingga muntah, nyeri dada, rasa panas di perut.
Pernah pula dilaporkan terjadinya penebalan pembuluh darah, pecahnya sel darah, nyeri, gatal dan radang pada daerah bekas suntikan vitamin C. Ginjal yang setiap hari mengeluarkan kelebihan vitamin C akan lebih banyak menghasilkan kristal oksalat, yang tentu saja bisa berakhir pada terbentuknya batu ginjal dan saluran kemih. Pengguna dosis tinggi menahun akan mengalami efek seperti kekurangan vitamin C jika tiba-tiba menurunkan dosis tinggi hariannya, efeknya: timbul gejala scurvy seperti bibir pecah-pecah, gusi berdarah dan kulit mengering.
Penuruan endurance pada mereka yang tengah aktif berolahraga akibat dosis tinggi ini. Akibatnya, individu akan lebih mudah kelelahan dan terengah-engah saat latihan fisik.
Penulis: Sari Kusuma
Baca juga: Vitamin C dan Umroh (Bagian 1)