SuaraJakarta.co, Jakarta – SELALU dalam keadaan sehat merupakan dambaan setiap orang. Sehat merupakan nikmat dari Tuhan yang sangat besar (mahal). Sehingga muncul ungkapan “sehat itu mahal”.
Namun, persepsi masyarakat akan ungkapan tersebut salah. “Sehat itu mahal” dipersepsikan bahwa mau sehat itu perlu ditebus dengan pengobatan dan perawatan yang mahal. Itulah persepsi sakit. Artinya masyarakat perhatian pada sehat ketika telah jatuh sakit. Khawatirnya, masyarakat jadi takut sehat lantaran “mahal” itu tadi. Padahal tidak, “sehat itu (ga) mahal” kok!
Dengan membiasakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), ungkapan “sehat itu mahal” bisa diubah menjadi “sehat itu (ga) mahal”.
Memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif dibanding dengan susu formula, ga mahal kan?
Membeli sebuah telur atau tahu tempe daripada membeli sebatang rokok, ga mahal kan?
Mencuci tangan sebelum makan, makan sayur dan buah dibandingkan dengan fast food, ga mahal kan?
Melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, minimal jalan kaki, ga mahal kan?
Jadi, ternyata “sehat itu (ga) mahal” kan?
Achmad Yudha Pangestu | Penulis adalah Peserta Akademi Jurnalis SuaraJakarta.co