SuaraJakarta.co, JAKARTA – Ketika makanan tiba di lambung, selain dilumatkan dengan gerakan peristaltik otot-otot di lambung, tahukah anda apalagi yang membantu menghaluskan makanan yang tiba di lambung?
Ia adalah asam lambung, cairan bersifat asam yang dengan keasamannya mampu menghancurkan lumatan makanan sehingga ia akan lebih mudah untuk diserap oleh usus, masuk ke pembuluh darah, untuk kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
Prosesnya, makanan yang masuk dari mulut kita akan diteruskan ke sebuah rongga bernama faring, kemudian ke kerongkongan, kemudian ke lambung, kemudian ke usus halus dan usus besar, sebelum akhirnya dikeluarkan melalui anus berupa ampas ataupun sisa-sisa makanan dalam bentuk kotoran manusia.
Diantara organ-organ pencernaan ini terdapat katup atau spinkter yang berfungsi untuk memastikan agar makanan yang telah melewati saluran pencernaan atas menuju saluran pencernaan bawah tidak kembali ke saluran pencernaan atas.
Namun, seandainya spinkter antara kerongkongan dan lambung tidak berfungsi dengan baik, maka makanan beserta cairan asam dari lambung akan bisa kembali masuk ke kerongkongan. Kondisi inilah yang dikenal dengan GERD atau Gastroesophageal reflux disease.
Dan karena asam lambung bersifat iritan atau dapat menyebabkan iritasi, terpaparnya kerongkongan oleh cairan asam lambung yang naik ke atas akan mengiritasi dan merusak permukaan kerongkongan. Masalahnya, cukup sulit mengetahui seseorang terdiagnosis penyakit ini karena bisa saja tertukar dengan penyakit lain, misalnya penyakit jantung. Karena ketika kerongkongan terpapar oleh cairan asam lambung, daerah kerongkongan akan terasa perih sehingga akan terasa nyeri di daerah sekitar dada, dan nyeri ini dapat salah diduga sebagai nyeri akibat serangan jantung.
Selain itu, karena melibatkan asam lambung, GERD sering pula dikira sebagai sakit maag atau gastritis karena dapat menimbulkan gejala serupa yaitu nyeri atau perih di sekitar ulu hati, dan karena itu keluhan nyeri ulu hati dianggap sebagai penyakit ringan sehingga tak jarang diabaikan dan diremehkan. Padahal kita tidak boleh meremehkan GERD. Kenapa?
Karena kerongkongan (saluran pencernaan) dan tenggorokan (saluran pernafasan) yang letaknya berdampingan serupa dengan dua pipa yang letaknya sejajar, sehingga ketika ada sesuatu dari saluran pencernaan yang naik kembali dari bawah ke arah atas menuju kerongkongan, maka dengan dukungan gaya gravitasi ia akan turun kembali, dan bukan tidak mungkin ia tidak selalu turun kembali lewat kerongkongan untuk kembali ke lambung tapi justru turun ke saluran tenggorokan yang ada di sebelah kerongkongan.
Padahal tenggorokan merupakan pintu awal menuju paru-paru, tempat proses pertukaran udara pernafasan berlangsung. Seandainya benda asing lain seperti gumpalan darah ataupun makanan yang “salah” masuk ke tenggorokan saja bisa berbahaya karena akan mengganggu atau bahkan menghentikan proses pernafasan, apalagi ketika yang salah masuk ke tenggorokan adalah cairan asam lambung yang bersifat merusak.
Selain itu, GERD juga perlu diwaspadai karena berhubungan dengan tercetusnya kanker esofagus atau kanker pada kerongkongan. Hal ini dikarenakan terpaparnya asam lambung ke sel-sel permukaan kerongkongan dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan molekular dalam tingkat sel sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak terkendali, dan inilah yang kita kenal dengan sebutan sel kanker.