Site icon SuaraJakarta.co

Melatih Otak Tengah Anak?

SuaraJakarta.co, Jakarta – Belakangan ini kita banyak digegerkan oleh kehadiran pelatihan-pelatihan otak tengah yang sangat menggiurkan bagi para kalangan orangtua. Bagaimana tidak? Mereka para lembaga-lembaga pelatihan tersebut begitu menjanjikan akan membuat anak-anak yang usianya belum beranjak dewasa, atau bisa dikategorikan antara usia 5 sampai 15 tahun untuk bisa menjadi seseorang yang jenius. Berada di level paling atas daripada kebanyakan anak pada umumnya dengan tingkat kecerdasan yang terlampau maksimal.

Tapi, tahukan anda tentang bahaya dari yang pasti akan ditimbulkan dari otak tengah tersebut? Melihat banyak cara yang dilakukannya seperti menutup mata sang anak dengan banyaknya lagu-lagu refleksi atau lagu yang sedikit keras. Padahal dari yang harus kita ketahui (kebanyakan) dari dalam lagu refleksi tersebut setidaknya mengandung sejumlah kata-kata atau kalimat yang “mengarahkan”. Dalam artinya mengajak para anak-anak untuk melakukan sesuatu hal.

Jadi, bayangkan saja, jika saja ada satu lembaga yang mungkin memang terlihat kurang bonafit alias kurang terpercaya. Anak-anak kitalah yang akan menjadi korbannya untuk mungkin akan melakukan tindakan yang tidak-tidak. Karena pada dasarnya memang para anak-anak itu tidak sedikit yang sangat mudah untuk diberikan arahan.

Mengutip dari sebuah tulisan ilmiah tahun 2005, induksi lateralisasi aktifasi otak tengah dapat mengakibatkan mental stress (tekanan mental) dan berbagai stress lainnya yang akan memacu gangguan irama jantung dan kematian mendadak.

Di kalangan medis otak tengah ini dikenal sebagai bagian dari otak manusia, yang memiliki fungsi sangatlah vital, seperti misalnya sebagai pusat pengendali jantung, pembuluh darah, pernapasan, refleks-refleks dan masih banyak lagi.

Ditambah dari yang juga harus kita ketahui, yaitu pentingnya memahami bahwa menyeimbangkan kedua belahan otak kanan dan belahan otak kiri adalah penting. Kenapa? Karena masing-masing belahan tersebut memiliki beragam fungsi yang saling mengisi dalam perjalanan panjang kehidupan seorang manusia.

Namun, tidak sedikit kini dari banyak orang kita yang ramai-ramai telah tergiurkan oleh hal tersebut (pengaktifan otak tengah), yang tidak membuatnya berpikir terlebih dulu untuk sesaat mereka bisa mencari tahu akan bahaya pengaktifan otak tengah. Karena mau bagaimana pun juga untuk di setiap hal yang instant itu sangat dan perlu sekali untuk diwaspadai. Di samping tidak menutup kemungkinan, di balik darinya (pengaktifan otak tengah) ada dan terdapat sesuatu yang membahayakan (contohnya seperti yang sudah tersebutkan di atas). Terbukti secara logis, apa mungkin dalam pelatihan pengaktifan otak tengah yang singkat, akan dengan mudahnya begitu saja untuk menjadikan sang menjadi seseorang yang jenius?

Pengaktifan otak tengah yang mulai banyak beredar di pertengahan tahun 2009 di Indonesia ini yang juga sudah banyak tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, cukup kuat dan gencar untuk dinikmati oleh para kalangan orangtua. Dengan alasan agar dapat memotivasi sang anak untuk belajar, mencerdaskannya dalam sekejap dan agar tidak membuat kewalahan para orangtua tersebut dalam mengajarinya di masa-masa pertumbuhan.

Padahal itulah yang sebenarnya terlalu disayangkan untuk para orangtua yang dengan mudahnya menyerahkan pembelajaran sang anak pada orang orang lain. Apalagi ditambah di zaman seperti sekarang yang banyak orang yang ingin mengeksploitasi anak kecil. Bukan tidak mungkin. Tapi, ini hanyalah sebuah antisipasi yang sejatinya kita selaku orangtua mampu untuk lebih memilah-milih dan memberikannya yang terbaik untuk sang buah hati.

Rausanfikr el Shabir |  Penulis adalah Peserta Akademi Jurnalis SuaraJakarta.com

Exit mobile version