Site icon SuaraJakarta.co

Demi Melihat Baitullah, Nenek Ini Tak Kenal Menyerah

Nenek Emi. (Foto: Meryam/ SuaraJakarta)

Jakarta, the Big Durian, satu kota berpenduduk terpadat di seantero Indonesia. Jumlah penghuninya hampir sepertiga total penduduk negeri Arab Saudi. Satu dari 25 penduduk Indonesia tinggal dari kota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri ini.

Setiap hari, semua penghuninya bertebaran di dalamnya, dari yang sekedar mencari sesuap nasi hingga demi segenggam berlian! Termasuk seorang nenek tua, berpostur kecil namun kokoh, berumur 81 tahun, yang tengah memilah tumpukan sampah di satu pinggir jalanan Jakarta pagi itu.

Matanya berbinar setiap melihat botol, gelas plastik juga kaleng di antara tumpukan sampah itu. Sebab, benda sisa tersebut akan berubah menjadi lembaran rupiah, segera jika telah dibeli penadah plastik bekas. Jangan salah, jika seminggu bisa mengumpulkan hingga setruk koli itu, maka nenek dengan 3 anak ini bisa mengantongi 400 hingga 500 ribu rupiah pekan itu. Dan ia pun bisa menghidupi dirinya dengan uang itu.

Kemana memangnya suaminya? Kemana juga ketiga anaknya? Sampai membiarkan ibunda tua renta bergumul dengan sampah setiap hari?

“Saya ini janda, suami udah meninggal lama. Anak-anak saya ga jauh beda dari saya, pas-pasan, hidupnya susah. Kesian! Buat tempat tinggal aja mereka dapet tanah dari saya. Masa saya tega nyusahin anak-anak yang hidupnya aja udah susah?”, ia membela diri. Kemandirian dan semangat kerjanya ini sudah menginspirasi. Apalagi kalau mengingat banyaknya pengemis yang duduk meminta-minta di berbagai jembatan penyeberangan..

Tapi bukan soal kemandirian dan etos kerja saja yang membuat nenek ini istimewa. Tapi soal tabungan senilai 26 juta rupiah yang tekun ia kumpulkan selama 5 tahun, lalu mengantarkannya menemui Baitullah tahun lalu.

“Uang hasil memulung saya kumpulin, terus saya bikin kredit ke tetangga. Mereka saya minta uang jasa kredit, jadi kan pas balik uang saya nambah. Alhamdulillah, lima tahun bisa kekumpul dah buat berangkat umroh…”, lanjutnya berkisah penuh semangat. Semangat hidupnya ini selalu membuat siapa saja lupa, bahwa nenek yang sudah memiliki 4 cucu ini umurnya bahkan jauh lebih tua dari republik ini.

Pulang umroh, dipanggil bu Hajjah dong? Bu Haji yang masih jadi pemulung!

“Hehe, kalau ga mulung ya ga makan…”, selorohnya.

Ah, si nenek, masih saja memberi hikmah: tak perlu gengsi dan bertinggi hati dengan gelar Hajjah.

Seperti kata Maher Zein: “InsyaAllah, you’ll find a way!” Jika ada kemauan, pasti ada pintu keluar. Jika ada kerja keras, pasti, dengan ijin Allah, akan ada jalan. Jika berprasangka baik pada Allah, Dia akan membalas doa dengan cara terbaik. Cita-cita bukanlah angan-angan jika mampu membuat pemiliknya bergerak, bekerja, berusaha. Cita-citalah yang membuat seseorang terus bernafas, sehingga setiap organ dalam tubuhnya bekerja, bersemangat untuk hidup. Bismillah, insyaAllah!

Penulis: Sari Kusuma

Exit mobile version