Berkah Haji Pak Tono

Suarajakarta.co, INSPIRASI – Pak Tono, sebut saja namanya begitu. Seorang pedagang bakso yang selama dua puluh tahun lebih istiqomah berjualan di pinggir sebuah gang, tanpa cabang di mana pun. Kemasan baksonya memang kaki lima, tapi rasa bintang lima. Baksonya terkenal ke seantero kecamatan.

Ia pernah mencoba mengontrak sebuah kios serupa rumah makan kecil untuk menaikkan pamor baksonya. Untuk itu ia membayar uang kontrak dua puluh juta rupiah. Namun entah kenapa, di rumah makan kecil ini omsetnya malah jauh lebih kecil daripada di gerobak pojokan gang. Alhasil, ia tutup kios kontrakan itu. Merugi? Memang, tapi itu tak membuat usaha Pak Tono kolaps.

Buktinya, ia bisa membeli rumah berserifikat hak milik di satu kompleks di pusat kota. Selang beberapa tahun, rumah itu juga ia renovasi besar-besaran. Belum lagi rumah kontrakan yang juga dimilikinya.

BACA JUGA  Galih Mau Keliling Dunia, Dengan Al-Haram Sebagai Titik Awalnya

Oiya, kedua anak Pak Tono sarjana lho, dan masing-masing sudah bekerja, berkeluarga, serta hidup mapan di ibukota. Lengkap lah kebehasilan Pak Tono sebagai pedagang bakso kaki lima.

Yang penting dari kisah ini, bukanlah soal semua keberhasilan materi itu. Tapi, bahwa lima tahun yang lalu Pak Tono pun akhirnya naik haji bersama istrinya. Dan sepertinya, hajinya menjadi satu dari segelintir haji yang mabrur.

Kok bisa?

Iya! Ceritanya begini. Sebagai keturunan kejawen, sebenarnya Pak Tono tidak fasih baca Quran, apalagi sholat. Nyaris ia tak pernah sholat. Dan begitu hendak naik haji, selama beberapa pekan ia menghilang. Ia hanya berpesan pada keluarganya: saya mau nengok kampung agak lama ya, tolong jaga rumah dan dagangan baik-baik.

Semua menjadi misteri. Dan misteri itu baru ia buka pada kerabat dekatnya beberapa bulan setelah pulang haji.

BACA JUGA  Nasehat Pak Haji untuk Para Ayah

Katanya: “Sebenarnya, saya waktu itu ngaji privat sama ustadz di kampung. Saya belajar bacaan sholat, baca Quran. Tetangga di Jakarta banyak yang ustadz, tapi saya malu belajar sama mereka, setua ini baru belajar sholat…”

Subhanallah!

Yup, mungkin inilah yang disebut haji mabrur: hajinya memberi makna positif terutama bagi dirinya. Setelah menjadi pak Haji, beliau tak pernah ketinggalan sholat.

Oiya, satu lagi: rumah yang telah ia renovasi itu juga dibelinya setelah naik haji. Berkah haji mungkin. Anak sulungnya akhirnya menemukan jodoh setelah pak Toni berhaji. Mobil motornya pun ia beli setelah naik haji.

Naik haji memang membutuhkan biaya besar. Namun tak ada orang yang jadi jatuh miskin karena naik haji.
(Sari Kusuma)

Penulis: dr. Sari Kusumawati, MD

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles