SuaraJakarta.co – SAAT anak-anak belum bisa bahasa kata dengan baik untuk menyampaikan maksudnya, mereka menggunakan bahasa rupa (gambar). Ketidakmampuan orang tua dan guru memahami bahasa rupa anak telah mengakibatkan patahnya semangat anak untuk menggambar ketika mulai mengenal bahasa kata atau masuk sekolah formal (bahkan prasekolah). Secara tidak langsung hal ini menghambat kreativitas anak.
Kita semua pernah menjadi anak-anak dan pernah mengalami fase di mana kita begitu bersemangat menggambar. Lalu ada fase di mana sebagian besar diantara kita putus asa atau malu ketika menggambar.
Ketika gambar kita dinilai jelek, tidak logis, dibandingkan dengan gambar anak lain, gambar kita diberi angka enam oleh guru karena dianggap jelek, dan aneka penilaian lain yang kita dapatkan ketika masa anak-anak.
Memahami gambar anak tidak bisa menggunakan sudut pandang orang dewasa. Gambar anak-anak adalah bahasa. Sebuah bentuk komunikasi yang berkaitan erat dengan pertumbuhan, perkembangan pemahaman, imajinasi, pematangan panca indera, susunan syaraf dan cara berpikir anak-anak.
Apa yang digambar oleh anak-anak adalah hasil kerjasama seluruh panca inderanya. Mereka “melihat” sesuatu dengan seluruh panca indera kemudian mengimajinasikan dan menorehkannya dalam gambar. Tidak seperti orang dewasa yang hanya menggambar apa yang dilihatnya. Hanya indera mata yang bekerja.
Bagi anak-anak jauh lebih penting proses menggambarnya dibandingkan hasilnya. Oleh karenanya, tidak bijaksana apabila anak-anak terlalu banyak mengikuti lomba menggambar.
[media-credit id=1 align=”aligncenter” width=”288″]
Perhatikan gambar tersebut. Anak-anak menggunakan teknik gambar segala sisi. Gedung digambar tampak depan, lapangan tampak atas, pohon tampak depan, sementara pesawat tampak samping. Dalam satu bidang gambar, anak-anak ingin mengatakan bahwa ada gedung-gedung tinggi mengelilingi satu lapangan, ada pohon dan ada pesawat yang sedang lewat. Bahasa kata tersebut diterjemahkan oleh anak-anak menjadi gambar seperti itu.
Teknik gambar seperti itu juga kita temukan pada karya yang fenomenal seperti pada wayang atau gambar prasejarah Mesir. Coba kita perhatikan wayang. Muka digambar tampak samping, badan tampak depan, kaki tampak atas dalam satu bidang gambar. Betapa luar biasanya anak-anak bukan?
Cara terbaik memahami anak-anak adalah dengan menjadi anak-anak, bukan menjadi orang dewasa. Kita semua pernah menjadi anak-anak. Hidupkanlah kembali seluruh pengalaman masa anak-anak agar kita bisa bermain, berteman dan berkomunikasi baik dengan anak-anak.