SuaraJakarta.co, JAKARTA – Pertanyaan ini sebenarnya agak ‘lucu’ karena mirip seperti kita bertanya sama anak kecil “Kalau sudah besar mau jadi apa?”. Kenapa lucu. Karena variabelnya banyak sekali. terlalu banyak yang harus dipikirkan. Namun ini adalah salah satu pertanyaan terbanyak yang juga diajukan dalam sebuah diskusi.
Berikut adalah beberapa guidance yang jadi patokan untuk memulai bisnis online
1. Bisnis Online tidak berarti “harus online”.
Jika sudah berbisnis, maka cobalah mengonlinekan bisnisnya. Artinya dengan mempromosikan dengan cara online, Misalnya dengan Facebook, instagram dan social media lainnya utk pemula, dan kalau sudah lebih advance bisa menggunakan iklan berbayar di facebook ads atau Google.
2. Satu-satunya cara untuk belajar adalah dengan melakukannya. Mencoba berkali-kali, gagal berkali-kali, lalu optimis yang berhasil.
Namanya juga dagang, ada yang berhasil ada yang tidak. yang penting jangan sampai rugi habis-habisan sampai tidak bisa dagang lagi.
Jangan jadi “KSATRIA KEYBOARD” yang kerjanya hanya membaca whatsapp group dan telegram group, namun tidak pernah mempraktekkannya. Datang ke seminar cuma “angguk angguk kepala” tapi sampai di rumah tidak praktek. Datang ke workshop cuma coba sekali namun tidak diteruskan lagi setibanya di rumah.
3. Pilihlan bisnis yang Anda sudah ada jaringannya. Misalnya anda sudah punya produk. artinya anda tinggal iklankan. Gaptek? lebih baik kerjasama dengan yang sudah jagoan online, jadi bagi-bagi rezeki, kita produksi orang lain yang jual.
Anda bisa jualan online, tapi gak punya produk? ya kebalikannya, cari produsen yang gaptek, gak bisa jualan online, partner yang produksi, kita yang memasarkan.
4. Test pasar dengan menjual barang bekas.
Mau dagang gak ada modal? Padahal harus eksperiment. Kenapa gak coba dengan jualan barang bekas? misalnya di OeLeX. Barang bekas itu khan jenisnya macam-macam. Dari TV Bekas, sepatu bekas, komputer bekas, jam tangan bekas, setrika bekas..bahkan bekas pacar (eh becanda denk hehehe)
Dengan jualan barang bekas. kita akan dapat “feeling” mana yang paling cocok utk bisnis kita, sekali “feelingnya” dapat. Baru kita fokus sama yang paling kita kuasai. (JML)