Site icon SuaraJakarta.co

Inilah Sosok Sugiarso Kasatpol PP Sawah Besar

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Sawah Besar, Sugiarso punya cita-cita ingin menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), tapi kehendak berkata lain.

“Cita-cita jadi TNI, terinspirasi dari keluarga ibu saya dari keluarga miIliter”, paparnya.

Sugiarso saat ini, petugas yang menjalankan penegakan perda tibum.

“Pengabdiannya sama saja, hanya TNI dengan seragamnya lebih gagah dan berwibawa. Namun saya tetap bisa menyalurkan mengabdi di Pemda untuk menegakan perda dalam rangka meningkatkan ketentraman dan ketertiban”, ujar pria dari 9 bersaudara, diantaranya 5 PNS dan 4 saudara lainnya pekerja swasta.

Sugiarso adalah putra yang dibesarkan dari keluarga sederhana. Ayahnya merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil Dinas Perikanan DKI Jakarta.

Lulus SMA 29, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan tahun 1986 langsung kuliah di Fakultas Teknis Universitas Kosgoro, Pasar Minggu, Jakarta Selatan hanya 1 tahun.

Kala itu, Sugiarso lebih memilih bekerja di Bimantara group karena berpenghasilan besar. Di perusahaan tersebut hanya satu tahun.

Pada tahun 1989, ada lowongan penerimaan pegawai d Departemen Penerangan

Kemudian Sugiarso mengikuti pendaftaran penerimaan pegawai di departemen tersebut.

“Alhamdulillah lolos hingga diangkat PNS, saya di tempatkan di Departemen Penerangan dari tahun 1989 sampai tahun 2000”, kata. Sugiarso.

Tahun 2000, penggabungan Depertemen Penerangan dengan Pemda DKI Jakarta.

“Waktu itu ada penggabungan, Depen dengan Pemda. Saya kemudian ditempatkan di Satpol PP Jaksel sebagai staf Perencanaan sampai tahun 2015 ditugaskan disana”, ungkap Sugiarso.

Di bulan Januari tahun 2016, Sugiarso dipercaya pimpinan untuk menempati jabatan Kasatgas Pol PP Kecamatan Taman Sari.

“Hanya 6 bulan saya di Taman Sari. Awal Juli tahun 2016, saya dipindah untuk menempati jabatan Kasatgas Pol PP Kecamatan Sawah Besar hingga sekarang”, ucapnya.

Sugiarso mengaku, jabatan merupakan amanah dan perintah, ya harus di jalani. Begitulah ia menuturkan kisahnya jebolan Sekolah Tinggi Bisnis Indonesia jurusan manajemen di Ciputat S1 pada tahun 2004.

Pria kelahiran Jakarta, 21 april 1967 ini juga menuturkan bahwa amanah itu sangat berat karena pertanggungjawabannya tidak hanya di dunia, tapi juga akhirat.

“Jalani sebaik-baik nya, karena amanah sudah diberikan kepada kita”, kata suami Tasyah yang saat ini dikaruniai 3 anak perempuan. (Irvan Siagian)

Exit mobile version