Site icon SuaraJakarta.co

Senandung Haji

suara-jakarta-jamaah-haji-jakarta

Ilustrasi Jamaah haji jakarta (Foto: Istimewa)

SuaraJakarta.co, KESEHATAN – Seorang senior dokter gigi, hari ini berbagi cerita pada saya hari. Saat masih kuliah, dia mendengar nasehat seorang ustadzah soal kewajiban haji bagi muslim yang mampu. Dan mampu itu adalah mampu yang harus dimampukan, dipaksakan, bukan mampu yang ditunda-tunda karena banyak alasan. Dari sinilah tergerak hatinya untuk segera berhaji.

Sebagai seorang anak perempuan kedua dalam keluarga Padang, dirinya menjadi anak ’emas’ yang sering didahulukan dalam banyak hal. Maka dirinya, dan kakak perempuan semata wayangnya, memperoleh jatah hadiah spesial saat ulang tahun mereka. Maka, kakak perempuannya mendapat perayaan ulang tahun yang ke17 yang meriah dari sang orang tua. Dan senior saya itu, karena sedari SMU sudah berhijab dan intens belajar Islam, maka sama sekali tak ada keinginan merayakan usia ke17 nya dengan pesta meriah.

“Jadi, maumu apa Nak untuk 17an mu?”, dan ibunya pun bertanya.

“Saya rindu melihat ka’bah Bu, saya ingin umroh..” jawabnya. Saat itu, dia telah menjadi mahasiswi, masih single, dan tengah menyusun skripsi. Sebenarnya, dengan kondisi itu, umroh jelas laksana mimpi. Sebab skripsinya memakan hampir sebagian besar waktunya. Dana umroh juga jauh lebih besar dari biaya penyelenggaraan pesta ulang tahun. Namun, hatinya sudah terlanjur rindu melihat Ka’bah, rindu bertemu Baitullah, rindu memenuhi panggilan Allah. Maka disampaikannya niat itu, tak peduli apapun resikonya.

Rupanya, niat ini didengar oleh Omnya, yang bukannya mengajak berpikir realistis, namun bahkan mendukung penuh. Kata si Om,”Tanggung amat cuma mau umroh? Udah, haji aja sekalian. Nanti biayanya saya tambahin..”,,

Subhanallah. Walhamdulillah. Wallahuakbar. Dan berangkatlah dia, haji dengan paspor hijau. (Pada masa itu haji paspor hijau masih diperbolehkan, haji tanpa antrian, karena langsung berangkat tanpa melalui registrasi ke Departemen Agama). Sang Om membantu menguruskan hingga mencarikan travel yang pas untuknya.

Dan begitulah, sebelum ia menyandang gelar dokter gigi, ia telah menyandang gelar hajjah. Nasehatnya pada saya,”Jangan pernah menyerah berdoa dan meminta pada Allah. Sedangkan Nabi Ibrahim saja doanya untuk memiliki keturunan Allah kabulkan saat usianya telah lanjut. Usia yang sangat tidak mungkin untuk memiliki keturunan, namun ternyata Allah berkehendak lain: Ibrahim memiliki anak dari Sarah saat mereka berdua telah masuk usia lanjut. Kondisi yang sangat tidak masuk akal, namun kalau Allah berkehendak: siapa yang bisa menolak?”…

“Teruslah berdoa, doa dengan adab-adabnya: memulai dengan menyebut keagungan Allah, dengan dzikir, sholawat, lalu mengungkit kekurangan kelemahan diri, baru sebutkan permintaan pada Allah. Dan jangan bosan berdoa, jangan berhenti berharap, menyebutkan pada Allah apa cita-citamu..” lanjutnya.

Terimakasih nasehatnya ya Bu..

Ditulis oleh Dr. Sari Kusumawati, MD

Exit mobile version