Inspirasi Umroh dan Haji: Berharap Hanya Pada-Nya

SuaraJakarta.co, INSPIRASI – Dia cantik, sukses sebagai pengacara terkenal, namun gagal dalam kehidupan pribadi. Hingga benar-benar terpuruk, sedih, lalu muak dengan karirnya. Bahkan, saat bosnya menyampaikan promosi yang akan didapatnya, dia malah terpaku lalu lari kabur.

Di tengah rasa hampa dan galaunya, dia terduduk, tunduk, dan membatin: “Aku memang ateis, tak percaya Tuhan, tapi tolonglah Yang Maha Kuasa, berilah petunjukMu…”. Voila! Sang atheis berdoa pada Yang Maha Kuasa!

Kisah di atas memang fiktif, karena hanya penggalan babak dari sebuah mini seri sebuah serial televisi. Dan bukan tak mungkin, bisa jadi di negeri sana itu, yang kebanyakan warganya tak percaya Tuhan, pada saat kritis dalam hidupnya mereka berharap sangat pada Zat Yang Maha Kuasa.

Lalu, di manakah posisi kita?

***

“Saat mau berangkat haji, kerabat udah ada yang ngingetin: kode kunci koper jangan lupa ditulis di buku kecil yang selalu dikantongi, jaga-jaga kalau tiba-tiba lupa. Tapi gue abaikan, udah beberapa kali umroh, atau dinas keluar negeri, pake koper model begituan, kagak pernah ada kejadian lupa. Repot amat nyatet-nyatet,” kisah seorang pejabat pada sahabat yang berdatangan sepulang dirinya umroh.

BACA JUGA  Keren, Petani Di Desa Ini Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Secara Mandiri

Dia lalu dia melanjutkan, dengan logat santai betawinya, sebab yang dihadapinya adalah rekan dekatnya,”Menjelang miqot, gue kudu bukain koper. Baju gue kan di dalem koper. Eh, kagak tau peginane ceritanye, gue lupak tuh kode kunci koper gue. Bolak-balik gue coba, salah melulu!…”.

“Langsung deh keluar keringet dingin, panik! Tapi gue langsung istighfar ga berhenti-berhenti. MasyaAllah, gue udah nganggep enteng urusan kopor, sombong. Nih Allah negur gue. Die bikin gue inget untuk terus bergantung same Die. Langsung gue tunduk, pasrah, Ya Allah, gue ga berdaya, gue ga bisa apa-apa, gue cuma bergantung sama Engkau ya Allah. Tolonglah hamba ya Allah..” lanjutnya berkisah.

BACA JUGA  Kartini Sesederhana dari Pulau Garam

Dan benar! Tak lama setelah dia hampir menangis memohon kepada Rabbnya, dia coba lagi buka kopernya sambil membaca basmalah, dan terbuka! Subhanallah walhamdulillah, Allahuakbar!

“Langsung gue sujud syukur. MasyaAllah, benar kita ini kagak ade ape-apenya di hadapan Allah. Bergantung banget kite nih sama Allah..”, tegasnya.

Dan satu episode kisah pak pejabat yang humble ini menjadi oleh-oleh terpenting dari perjalanannya. Para sahabatnya menganguk-angguk faham, tersadarkan, yakin.

Begitulah, jika manusia yang mengaku atheis saja jika mengalami kebuntuan akan berdoa pada Zat Yang Maha Kuasa, bagaimana dengan seorang muslim? Karena itu, melibatkan Dia di setiap jenak kehidupan adalah keniscayaan. MelibatkanNya tak hanya dengan niat ikhlas, namun juga dengan basmalah di awal, hamdalah di akhir, istighfar di setiap tahap, serta pengakuan: bahwa Dia lah Maha Pemilik, Pengatur dan berkuasa atas segala sesuatu.

Penulis: Sari Kusuma

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles