Berburu Vaksin Meningitis

Vaksin meningitis adalah bagian wajib yang harus dijalani sebelum berangkat ke tanah suci. Tanpa vaksin ini, seseorang tak akan mendapat visa umroh maupun haji.

Saya berencana umroh akhir Desember, maka setelah membuat paspor yang merupakan perjuangan tersendiri, vaksin jadi PR berikutnya. Saya ceritakan di sini saja ya, sebab ternyata jika kita browsing di mbah Gugel, ternyata tak banyak informasi seputar berburu vaksin meningitis ini. Semoga bermanfaat!

Di sekitar Jakarta, ada 3 KKP (Kantor Kesahatan Pelabuhan) yang menjadi petugas resmi vaksinasi bagi calon traveler ke luar negeri, mereka adalah KKP Bandara Halim Perdana Kusuma, KKP Pelabuhan Tanjung Priok dan KKP Bandara Soekarno Hatta. Selain itu, beberapa sumber di mbah Gugel mengatakan ada RS Fatmawati dan Sentra Medika Garuda di Jalan Angkasa melakukan vaksin Meningitis.

Tantangan pertama adalah menyesuaikan jadwal dengan pak direktur utama rumah tangga yang juga harus vaksin. Hari sabtu pun jadi pilihan terakhir berburu vaksin. Naasnya, semua KKP buka senin sampai jumat ‘saja’.

Maka mulailah di pagi Sabtu itu saya mengikuti kata mbah Gugel: berburu vaksin di tempat swasta. Pilihan pertama jatuh pada rumah vaksin, satu layanan vaksin swasta, yang beberapa rekan saya menjadi pemilik juga penyuntik.

“Vaksinnya punya Mbak, tapi kartu kuningnya ga punya”, jawab sejawat bos salah satu cabang rumah vaksin. Dulu mereka sempat menyediakan kartu kuning, tentunya melalui kerja sama dengan orang KKP yang bersedia datang ke rumah vaksin. Namun dua tahun terakhir pihak KKP mundur, sebab ada BPK yang mulai ‘iseng’ mengawasi. Jadi semua vaksin bagi traveler ke luar negeri sudah terpusat di KKP.

“Tapi masih ada kok travel umroh yang menyelenggarakan vaksin sekaligus saat manasik. Itu gimana caranya ya?”, protes saya.

“Wah, itu gelap Mbak. Aku ga tahu.” Waduh, jadi ini bisnis gelap dong? Wow..

Ok, kita cari di tempat lain. Mengikuti kata mbah Gugel, saya pun menelpon Sentra Medika Garuda. Setelah deringan yang mungkin keseratus kali, telpon saya pun diangkat! “Udah ga ngerjain vaksin meningitis Bu, udah ga boleh sama KKP sejak dua tahun ini,” jawab seorang Mas-mas dari sana. Suaranya ramah juga, meskipun saya menelpon di pagi weekend sebelum jam kantor.

Tinggal RS Fatmawati yang belum dicoba. Maka pagi itu, saya ‘meneror’ dua sejawat yang praktek dan bekerja rumah sakit tipe A itu. Dan ternyata jawabnya idem sama jawaban Mas-mas tadi: nihil. Rupanya pihak KKP menguasai urusan pervaksinan traveler ini, demi kejelasan regulasi, katanya.

Well, baiklah. Mari menjadi warga negara yang baik dengan mengikuti aturan soal vaksin ini. Maka cita-cita memvaksin diri di hari libur itu pun saya pupus sudah. Dan pak direktur senin besok harus legowo minta ijin dari kantornya.

Sebenarnya bukan cuma masalah ijin, tapi soal waktu yang harus disediakan. Pengalaman dua tahun lalu saat mertua harus vaksin, kami harus menyediakan waktu seharian full demi vaksin. Pagi-pagi harus tiba di KKP demi mendapat jatah antrian, hingga sore mengantri untuk vaksin.

Maka, di Senin pagi yang cerah itu, kami bersiap menuju KKP Soetta. Sebenarnya mbah Gugel menasehati bahwa di Priok lebih pendek antriannya, jadi siang sudah kelar. Tapi tak ada kenalan yang bisa menunjukkan persis lokasi KKP di sana, juga pengalaman vaksin di sana tidak ada. Jadilah kami ke Soetta yang lebih familiar proses dan lokasinya, daripada nyasar di Priok?

BACA JUGA  Fahira Minta Presiden Jokowi Bentuk Tim Khusus Usut Tuntas Peredaran Vaksin Palsu

Singkat cerita, kamipun melaju kencang ke Soetta, Alhamdulillah lancar. Jam setengah delapan kami tiba, kantor itu sudah penuh sesak dengan pengantri. Seorang ibu-ibu berseragam PNS memanggil nama pengantri satu persatu dengan pengeras suara.

Karena tak ada orang berseragam lain selain ibu-ibu itu, dan karena ibu itu terlihat serius sekali sehingga terlalu riskan untuk ditanyai, jadi saya bertanya ke pengantri lain saja.”Ambil formulir dulu aja Mbak di sebelah sana, lampirin foto 4×6 sama fotokopi paspor. Trus tumpukin di sana, nanti dipanggil baru dapet nomor antrian,” jawabnya sambil menunjuk ke lokasi formulir serta lokasi antrian pertama. Tips pertama dari saya: Isilah formulir ini dengan lengkap, jangan disingkat, dan tempelkan lampiran foto dan kopi paspor bersamanya. Karena ada beberapa pengantri yang nekat menyingkat alamat, sehingga petugas menyuruhnya melengkapi alamat dahulu sebelum mendapat nomor antrin, bahkan sempat diancam tidak dapat nomor antrian jika proses pengisian terlalu lama!

Saya tiba di sana jam 7.30. Menunggu panggilan nomor antri hingga jam 8.30.

Langkah berikutnya adalah mengantri untuk masuk ke ruang periksa. Ternyata antriannya lebih lama dari antrian pertama tadi. Saya bahkan sempat menikmati sarapan dengan santai, menulis sebuah artikel, serta chit-chat dengan seorang Ibu pengantri lain. Jam 10.30 nomor 198 -itu nomor saya!- dipanggil masuk ruang periksa. Saya ditanya tentang riwayat penyakit sebelumnya, riwayat alergi serta siklus haid terakhir. Ada pengantri sebelum saya yang punya hipertensi, dan saat dicek tekanan darahnya lebih dari 200/100, yang tak turun juga bahkan setelah diberikan obat penurun tensi di bawah lidah. Pengantri ini diminta datang lagi esok pagi, dan vaksinasinya ditunda.

Di ruang ini saya ditawari vaksinasi influenza pula, namun saya tolak. Dokter pemeriksapun memberikan lembar kuitansi pembayaran vaksin dan kartu kuning seharga total 305 ribu rupiah lalu mempersilahkan saya mengantri di depan ruang vaksin. Pembayaran dilakukan di sebuah loket BRI, ga terlalu pake antri kali ini. Yang penting sediakan uang pas agar transaksi berlangsung cepat.

Inilah antrian seri tiga. Dan saya mulai khawatir, sebab saat tiba di depan ruang vaksin jam menunjukkan pukul 11.15. Jika saya tidak dipanggil sebelum jam 12, maka kemungkinan kena tunda istirahat makan siang dan sholat.

Jam 11.50, pengeras suara berbunyi: “Nomor 191 sampai 196 masuk ruang vaksinasi, nomor selanjutnya silahkan istirahat. Kita istirahat sholat dan makan siang jam 12 sampai jam 1 siang. Kita lanjutkan vaksinasi setelah istirahat siang”..

Almost near! Dua nomor lagi Gaannn…

Penonton pun berlalu kecewa..

Kami pun sholat. Jenuh dengan suasana antrian yang panas -sirkulasi di tempat tersebut kurang, dan tidak ada kipas ataupun AC- dan ramai, suami saya mengajak makan siang di luar area KKP. Cari suasana baru!

Puas berputar-putar di sekitar bandara 3 dan 2, ternyata jam 1 sudah lewat 10 menit. Di ruang vaksinasi terdengar panggilan untuk nomor 205 sampai 210! Wah, saya kelewat dong? Dengan bermodal nekat, saya masuk saja ke dalam ruang vaksin, disponsori suami saya yang tingkat kenekatannya lebih besar dari saya.

BACA JUGA  Perlukah Memaksakan Diri Untuk Ikhlas

Yup, kami pun disuntik, di pangkal lengan kiri. Juss..ngilu saudara-saudara! Saya jadi tambah empati pada pasien-pasien yang pernah saya suntik dulu. Disuntik itu lebih sakit daripada digigit semut!

Lalu, antrian seri keempat pun berjalan. Kami diminta menunggu kartu kuning di luar ruang vaksin. “Nanti dipanggil lagi ya Bu..”, pesan mbak penyuntik. Kali ini saya menunggu tak lama, sekitar 15 menit kemudian saya dipanggil. Saya mendapat kartu kuning, mengisi nama dan tandatangan di buku tanda terima, juga mendapat salinan kuitansi pembayaran.

Oiya, bagi anda yang sudah punya kartu kuning (tapi sudah lewat 2 tahun sejak vaksin meningitis terakhir), anda akan mendapat pengembalian 25 ribu rupiah di sini. Jadi jangan lupa dibawa ya kartu kuningnya.

Selesai! Alhamdulillah. Oya, pasca vaksin bisa terjadi demam dan nyeri tempat suntikan, walaupun sangat jarang. Syukurlah saya tidak merasakannya.
***

Tiga hari kemudian, saya mendapat kabar dari sejawat di RS Fatmawati. Katanya: Mulai 14 Desember 2015, RS Fatmawati melayani vaksinasi meningitis kembali dikarenakan permintaan yang meningkat di berbagai KKP.

Lalu ada kiriman informasi seperti ini dari rekan dokter yang lain:

Kunjungan pelayanan Vaksinasi Meningitis selama bulan Desember 2015 merupakan puncak kunjungan.
Mohon bantuan dapat disebarluaskan melalui medsos, tweeter, WA, BBM, Facebook, Line dll agar pelayanan dapat terdistribusi baik tempat maupun waktu.

Pelayanan vaksinasi meningitis bagi jamaah umroh di Jakarta dapat diperoleh di beberapa tempat sbb:

  1. Tanjung Priuk
    Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priuk, d/a jl. Raya Nusantara no 2, Telp 021 43931045, pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  2. Sunda Kelapa
    d/a Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priuk, Wilayah Kerja Sunda Kelapa Jl. Raya BTaruna No 1, Telp. 021 6917647, pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  3. Marunda
    d/a Kantor Kesehatan Pelabuhan Tanjung Priuk, Wilayah Kerja Marunda Jl. Jayapura No. 1 Telp 021 44853773 pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  4. Bandara Soekarno Hatta
    d/a Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta Jl. Area Perkantoran Bandara Soekarno Hatta Telp. 021 5506068 pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  5. Kebun Pala
    d/a Kantor Kesehatan Pelabuhan Soekarno Hatta Wilker Halim Perdana Kusuma Jl. Jengki Telp 021 8000166, 80899313 pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  6. Bekasi (oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandung)
    d/a Asrama haji Bekasi Jl.Kemakmuran no. 72 Bekasi pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  7. Rumah Sakit Umum Fatmawati
    Jl. Rumah Sakit Fatmawati, Cilandak barat pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00
  8. Rumah Sakit Umum Persahabatan
    Jl. Persahabatan Raya pelayanan Hari Senin – Jum’at pukul 08.00 – 15.00

Well, selamat berburu vaksin! Jangan lupa bawa fotokopi paspor, pasfoto ukuran 4×6, kartu kuning yang sudah dimiliki serta biaya vaksin dan kartu sebesar 305 ribu Rupiah. Siapkan uang pas.

Penulis: Sari Kusuma

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles