SuaraJakarta.co – Ada yang spesial di tanggal sembilan bulan sembilan Loh, Ada yang tahu? Hari itu diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional. Hari Olahraga Nasional ini adalah cikal bakal dari Pekan Olahraga Nasional (PON) di Indonesia. Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tahun seakan mengingatkan kita, bahwa olahraga harus terus dibudayakan oleh seluruh rakyat Indonesia di seluruh penjuru negeri. Oleh karena itu, berbagai kegiatan olahraga yang dilaksanakan tidak hanya bersifat meriah dan massal, tetapi memotivasi masyarakat agar tetap membudayakan berbagai cabang olahraga di Indonesia untuk meraih prestasi di dalam negeri ataupun di luar negeri.
Berkaitan dengan PON, pada tanggal 9 September 1948 PON pertama kali dibuka secara resmi oleh Presiden Soekarno dan diadakan di kota Solo, Jawa Tengah. Kemudian, acara penutupannya dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX selaku Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI). PON pertama diikuti oleh peserta yang berasal dari tingkat karesidenan atau kota. Ada 13 kerasidenan atau kota yang berpartisipasi pada PON pertama, yaitu Yogyakarta, Madiun, Magelang, Semarang, Bandung, Malang, Surakarta, Surabaya, Pati, Kedu, Banyuwangi, dan Jakarta. Pada waktu itu, kota Solo atau Surakarta menjadi juara atas PON dengan meraih 36 medali dari total 108 medali (emas, perak, perunggu). Selanjutnya, PON ini diikuti sekitar 600 atlet yang berkompetisi dalam memperebutkan medali di sembilan cabang olahraga, yaitu Bulu Tangkis, Tenis, Panahan, Renang, Bola basket, Atletik, Lempar Cakram, Sepak Bola, dan Renang.
Yang perlu diketahui oleh seluruh Bangsa Indonesia adalah bahwa pelaksanaan PON ini tidak hanya terkait pada prestasi olahraga dalam negeri saja, melainkan berhubungan dengan gengsi serta harkat dan martabat Bangsa dan Negara. Mengapa demikian? Berawal dari penyelenggaraan olimpiade ke-14 di London yang mana Inggris sebagai tuan rumah menolak kehadiran atlet Indonesia, karena Indonesia yang baru saja merdeka dianggap belum memiliki prestasi di bidang olahraga manapun dan belum layak untuk mengikuti olimpiade tersebut. Pada dasarnya, alasan tersebut bukanlah alasan yang sebenarnya, akan tetapi Inggris menolak kehadiran atlet Indonesia karena pada waktu itu Inggris merupakan sekutu Belanda dan Belanda pun masih belum menerima kemerdekaan Indonesia. Ditambah lagi, penolakan tersebut berhubungan dengan masalah Papua. Inggris mendukung penuh Belanda agar tetap mempertahankan kekuasaan di Papua. Bahkan hasil konferensi di Den Haag pada tanggal 22 Desember 1949 diingkari. Dari sinilah, Indonesia Berharap besar agar bisa mengikuti Olimpiade London, sekaligus ingin menunjukkan kemerdekaan dan kedaultan Indonesia kepada dunia, akan tetapi Indonesia ditolak kehadirannya ketika ingin berpartisipasi dalam Olimpiade tersebut dan merasa tersinggung jika harga diri Indonesia dilecehkan oleh Inggris. Akhirnya, dari rasa ketersinggungan tersebut Indonesia tak mau putus semangat, Persatuan Olahraga Indonesia menggelar konferensi darurat di Solo tahun 1948 untuk mengadakan PON. Dan PON itu menandakan bahwa Indonesia ada dan perjuangan tersebut menjadikan PON selalu hidup dari masa ke masa.
Maka dari itu, dengan adanya peringatan Hari Olahraga Nasional dan PON ini, seluruh bangsa Indonesia dapat mengingat sejarah bagaimana Hari Olahraga Nasional dan PON terjadi. Semoga bangsa Indonesia tetap mempertahankan prestasi-prestasi di berbagai bidang olahraga dan juga menunjukkan bahwa Indonesia mampu untuk bersaing dalam kompetisi dari berbagai cabang olahraga di mata dunia. Tidak lupa pula, bahwa dari sejarah yang terjadi, diharapkan agar semua atlet baik putra dan putri bisa memotivasi dirinya sendiri untuk terus bersemangat, kreatif dan berkembang dalam mensukseskan semua bidang olahraga di Indonesia.
Penulis: Rizulmi, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta