Site icon SuaraJakarta.co

Kuala Lumpur, Dulu dan Sekarang

suara-jakarta-menara-kembar-twin-towers-petronas-kuala-lumpur-malaysia-travel
Petronas Twin Towers di Kuala Lumpur, Malaysia. (Foto: Fajrul Islam/SuaraJakarta)
Kuala Lumpur, ibukota dari Malaysia ini dihuni sekitar 1,72 juta penduduk. Kota metropolitan ini begitu ramai, dengan berbagai kepadatan aktivitas warganya yang dimulai pagi hari sampai sore hari. Kepadatan tak hanya terjadi karena warga setempat, namun banyaknya wisatawan dari berbagai negara pun ikut memadati Kuala Lumpur, tercatat pada tahun 2012 sebanyak 13,3 juta turis memadati Kuala Lumpur. Kuala Lumpur memiliki berbagai tempat wisata yang sangat menarik, baik wisata belanja, wisata sejarah, ataupun beberapa Landmark seperti Menara Kembar Petronas serta Kuala Lumpur Tower (KL Tower). Bahkan pada tahun 2013, CNN Travel menobatkan Kuala Lumpur sebagai peringkat keempat untuk Kota Belanja Terbaik di Dunia (Best Shopping City in The World). Namun, dibalik gemerlapnya Kuala Lumpur, kita perlu tahu bagaimana awal mula Kuala Lumpur, perubahan yang terjadi dan akan seperti apa Kuala Lumpur ke depannya.

Sejarah

Kuala Lumpur merupakan pertemuan dari dua sungai, yakni sungai Klang dan Gombak. Sejarah Kuala Lumpur bermula dari tahun 1857, ketika 87 penambang asal Tiongkok datang untuk mencari timah. Timah yang saat itu sangat dicari untuk Revolusi Industri Kerajaan Britania Raya dan Amerika karena sifatnya yang tahan lama dan ringan. Di daerah Ampang, beberapa mil ke arah timur, mereka menemukan cadangan yang sangat besar, dan titik ini merupakan titik tertinggi di mana para penambang bisa menempatkan suplai mereka. Mereka menamakannya “Kuala Lumpur”, lalu membuat semacam perkampungan yang beratapkan jerami. Namun tak berapa lama kemudian 17 di antara mereka meninggal karena malaria.

Di masa-masa ini pula area yang kelak menjadi kota bernama Kuala Lumpur ini mengalami berbagai bencana dan kemalangan. Penyakit yang mewabah, kebakaran dan banjir sering kali menghampiri daerah ini. Pada masa ini orang-orang mulai membangun rumah dengan bahan batu ketimbang kayu. Di masa ini pula jalan kereta api pertama mulai dibangun. Selain itu, adanya persaingan dan percekcokan yang sengit antar penambang timah menjadi masalah tersendiri. Karenanya, pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Inggris mengutus seorang “Kapitan China” bernama Yap Ah Loy untuk menanggulangi kekacau-balauan ini. Yap Ah Loy merupakan Kapitan China ketiga yang diutus oleh Pemerintah Kolonial Inggris dan memberikan dampak besar bagi Kuala Lumpur. Selain menyelesaikan masalah-masalah yang ada, ia pun mengubah Kuala Lumpur dari sebuah kota yang sepi menjadi pusat komersial yang terkemuka di Selangor. Semua itu dilakukannya dalam waktu beberapa tahun saja. Karenanya, ada yang menyebut Yap Ah Loy sebagai founding father dari Kuala Lumpur. Tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa Raja Abdullah sebagai founding father dari Kuala Lumpur karena sebelum Yap Ah Loy dan penambang dari Tiongkok datang, Raja Abdullah yang pertama mengirim penambang untuk mencari timah.

Pada tahun 1880, Kuala Lumpur menjadi kota modern ketika Sir Frank Swettenham, Residen dari Selangor memimpin Kuala Lumpur hingga Perang Dunia II. Lalu pada tahun 1887 Kuala Lumpur menjadi ibu kota dari negara bagian Selangor.

Sembilan tahun kemudian, Swettenham meyakinkan empat sultan untuk bersatu dan mendirikan Federated Malay States (FMS). Kuala Lumpur lalu menjadi ibu kota dari FMS ini. Pendirian FMS ini berpengaruh pesat terhadap Kuala Lumpur. Orang-orang dengan budaya yang berbeda berkumpul di Kuala Lumpur hingga akhirnya bisa ditemukan area-area dengan perbedaan budaya yang sangat terlihat, seperti ada daerah distrik India, distrik Tiongkok, ataupun orang-orang Malay sendiri.

Lalu, antara tahun 1913 dan 1957, Pemerintah Inggris ingin agar Kuala Lumpur berkembang dengan cepat. Karenanya, mereka segera membangun sistem jalan, jalur kereta api dan infrastruktur lainnya. Lebih jauh lagi, mereka pun membuat gedung-gedung bertipe kolonial di Kuala Lumpur. Namun, di masa Perang Dunia II Kuala Lumpur berada di kekuasaan Jepang. Meski setelah Jepang pergi dan Inggris kembali, penduduk setempat menginginkan kemerdekaan. Karenanya pada 1957 Inggris setuju untuk pergi dari negeri itu sehingga negara Malaysia pun merdeka pada 31 Agustus 1957. Kuala Lumpur lalu menjadi ibukota dari Federasi Independen Malaya, hingga akhirnya pada tahun 1963 Kuala Lumpur menjadi ibukota negara Malaysia dan pada tahun 1974 Kuala Lumpur menjadi Wilayah Persekutuan (Federal Territory) dan mempunyai pemerintahannya sendiri.

Kuala Lumpur pun menjadi salah satu kota yang berkembang pesat dan memadai salah satu dari kota di Asia Tenggara yang paling terkemuka, modern, dan canggih yang menarik wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Kuala Lumpur dan Visi 2020

Dr. Mahathir Mohammad, Perdana Menteri Malaysia 1981 – 2003 mencanangkan “Visi 2020”. Ia lalu mengubah Malaysia menjadi negara modern, dan Kuala Lumpur menjadi salah satu perubahan yang sangat terlihat. Menara Kembar Petronas menjadi simbol dari Kuala Lumpur, jaringan jalan yang luas, rel kereta api, kereta bawah tanah pun ada di dalam dan di sekitar Kuala Lumpur. Kuala Lumpur pun benar-benar menjadi kota metropolis. Kuala Lumpur pun menjadi salah satu dari “Top 10” untuk pusat bisnis dan kota komersial di Asa Tenggara. Port Klang – yang merupakan pelabuhan yang besar- serta Kuala Lumpur International Airport / KLIA yang mudah diakses membuat Kuala Lumpur dapat bersaing di level internasional. Lalu, pada tahun 1999, pusat pemerintahan pun dipindahkan ke daerah Putrajaya, selain itu mereka pun membuat sebuah daerah bernama Cyberjaya yang diharapkan menjadi “Silicon Valley” versi Asia.
Kuala Lumpur Kini

Kini, Kuala Lumpur menjadi salah satu tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi. Berbagai tempat yang menarik wisatawan, seperti Petronas Tower, KL Tower, Petaling Street (China Town), Central Market (Pasar Seni), Dataran Merdeka (Merdeka Square) ataupun beberapa masjid seperti Masjid Jamek dan Mesjid Negara Malaysia.

Lalu, salah satu hal yang sangat mencolok dari Kuala Lumpur adalah sistem transportasinya yang tertata dengan baik. Kuala Lumpur setidaknya memilki empat sistem transportasi umum, yakni MetroBus, RapidKL Bus, lalu ada pula LRT (Light Rail Transit) serta KTM Komuter / Monorail. KL Sentral sebagai interchange berbagai kawasan di Kuala Lumpur. KLIA Transit dan KLIA Express sebagai moda transportasi modern yang cepat dan merupakan salah satu akses utama menuju KLIA (Kuala Lumpur International Airport).

Kuala Lumpur pun semakin modern dan terus maju seiring pembangunan yang terus berkembang.

Penulis: Firman Maulana, Mahasiswa S-1 Matematika Universitas Padjadjaran Bandung

Exit mobile version