Site icon SuaraJakarta.co

Indonesiaku: Mengingat Kembali Sembilan September

SuaraJakarta.co – Tanggal 9 September merupakan salah satu hari penting Ibu Pertiwi. Bagaimana tidak, di hari ini Indonesia memperingati Hari Olahraga Nasional. Berawal dari terselenggaranya PON 1 pada tanggal 9 September, maka tanggal tersebut ditetapkan menjadi Hari Olahraga Nasional. Bila kita mengingat sejarah bangsa Indonesia, kita memahami bahwa banyak anak-anak bangsa yang telah berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Masih ingatkah kita bahwa pada turnamen SEA GAMES XVIII 2015 di Singapura, pebulu tangkis Indonesia menunjukkan eksistensinya dengan merebut mendali emas dengan mengalahkan Thailand di final skor 3-2. Prestasi ini melampaui target mendali perak yang sebelumnya ditetapkan. Bulu tangkis membidik dua medali emas di nomor perorangan ganda putra dan ganda campuran. Prestasi tersebut merupakan prestasi yang sangat membanggakan dan membayar mahal kegagalan atlet tepok bulu di ajang BCA Indonesia Super Series Premier 2015. Contoh tersebut adalah salah satu dari masih banyak prestasi-prestasi pemuda bangsa yang berhasil mengarumkan tanah air.

Lalu, pertanyaan yang mengganjal dalam pikiran kita seperti bagaimana dengan perolehan ajang SEA GAMES tahun 2015 di Singapura? Kita tentu masih ingat kenangan pahit dalam SEA GAMES di Singapura tahun 2015 ini, Indonesia menempati urutan kelima dan gagal untuk masuk final. Padahal sebelumnya Indonesia menargetkan untuk menjadi runner up dengan target 68 medali emas, namun gagal dengan 47 medali emas. Kegagalan tersebut tentu tidak perlu menjadikan alasan bagi kita menyalahkan pihak-pihak lain. Cukup hal tersebut menjadi evaluasi bagi pemerintah untuk membenah diri dengan memulai kembali sinergisnya dengan para stakeholder, seperti KOI, KONI, PRIMA. Bagi kita sebagai masyarakat, sangat penting untuk tetap optimis, mendoakan dan mendukung Indonesia akan bangkit, Indonesia bisa, Indonesia hebat!

Lantas patutkah kita untuk melupakan segala keringat dan perjuangan berdarah mereka? Dimana pemuda yang selalu kritis tentang perkembangan bangsa? Atau jangan sampai kita hanya terpaku dengan segala kompleksitas masalah bangsa seperti politik dan sosial, namun kita melupakan hal – hal positif bangsa dan melalaikan kewajiban kita untuk tetap setia mendukung prestasi-prestasi bangsa. Ada sebuah kata-kata mutiara Presiden Republik Indonesia ke-1, Ir. Soekarno pada Pidato Hari Pahlawan 10 Nopember 1961, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” Selain itu, kita harus memiliki pola pikir jangan pernah menghitung apa yang telah negara berikan kepadamu, tetapi menghitunglah apa yang telah engkau berikan kepada negara. Pola pikir seperti inilah yang seharusnya menjadi dasar para pemuda. Apakah kelemahan kita? Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong (Pidato HUT Proklamasi 1966 Bung Karno). Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno).

Kata-kata tersebut membuat kita sadar bahwa kita perlu yakin, yakin dan tetap yakin bahwa Indonesia bisa unggul, kompetitif dan berprestasi di bidang olah raga baik nasional, regional maupun internasional. Kata – kata tersebut juga menjadi pemicu bahwa masih belum banyak yang dapat kita berikan untuk negara, apakah sebegitu apatisnya kita. Jadi, mulailah untuk mendukung prestasi-prestasi bangsa, tak hanya dari cabang olahraga namun juga dari cabang lain seperti ilmu pengetahuan, telekomunikasi, inovasi dan lain-lain. Cara yang paling sederhana yaitu tidak meremehkan mereka dan mengajak orang-orang di sekitar kita untuk bergerak berprestasi sesuai dengan passion masing-masing. Maka tidak menutup kemungkinan bila suatu saat bangsa Indonesia menjadi negara yang berkembang dengan prestasi-prestasi anak bangsa dan sumber daya manusia yang kuat.

Penulis: Fitriana Dina Rizkina, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)

Exit mobile version