Site icon SuaraJakarta.co

Identitas Mahasiswa, Masih Pentingkah?

Ribuan mahasiswa dari berbagai aliansi termasuk BEM SI (Seluruh Indonesia) melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat (21/5). (Foto: Fajrul Islam/SuaraJakarta)

SuaraJakarta.co – MAHASISWA seakan menjadi kata yang terdengar “berat” bagi sebagian orang. Maklum, kata “maha” yang melakat di depan kata “siswa” bukan hanya menjadi pelengkap atau imbuhan belaka, namun juga menandakan bahwa seorang mahasiswa mempunyai kemampuan, kualifikasi, dan tanggung jawab yang lebih banyak dan besar dari seorang siswa. Secara harfiah, “mahasiswa” merupakan panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Namun secara tersirat, mahasiswa memiliki tugas yang jauh lebih besar dari hanya sekedar belajar di almamater. Menurut tri dharma perguruan tinggi, seorang mahasiswa sedikitnya harus melakukan 3 hal, yaitu: pendidikan & pengajaran, penelitian & pengembangan, serta pengabdian masyarakat.

Selain itu, seorang mahasiswa juga diharuskan menyadari identitas seorang mahasiswa. Identitas mahasiswa pada dasarnya memiliki 3 pondasi dasar: posisi mahasiswa, potensi mahasiswa, dan peran mahasiswa. Namun Kini, banyak mahasiswa yang seakan tidak tahu siapa mereka, apa saja potensi-potensi yang dimiliki, dan apa yang harus mereka lakukan sebagai seorang mahasiswa. Nilai identitas seorang mahasiswa seakan mulai luntur dan hilang dari diri mereka. Apakah Identitas mahasiswa masih penting untuk dipertahankan? Lalu bagaimana cara agar nilai identitas itu selalu melekat pada setiap mahasiswa?

Seorang mahasiswa harus memiliki bergerak sesuai identitasnya. karena identitas berarti ciri atau jadi diri yang menjadi “simbol” seseorang. Untuk memiliki identitas sebagai seseorang mahasiswa, ada banyak hal yang harus dilakukan. Pertama-tama, seorang mahasiswa harus menyadari apa saja potensi yang dimiliki seorang mahasiswa. Pada umumnya, potensi mahasiswa dapat diklasifikasikan menjadi 3 hal, yaitu: hardskill, softskill, dan idealisme. Hard skill merupakan kemampuan spesifik yang berhubungan dengan tingkat IQ maupun ilmu setiap manusia. Soft skill adalah kemampuan interpersonal yang tidak bisa dilihat seperti skill komunikasi, pro-aktif, skala prioritas, leadership, manajemen waktu, dan sebagainya. Idealisme berarti mahasiswa memiliki cara pandang maupun kemampuan menganalisis sesuatu yang berdasarkan fakta dan kebenaran ilmiah. Potensi setiap mahasiswa mampu dilatih menjadi lebih baik lagi, semuanya bergantung pada kemauan setiap mahasiswa untuk selalu mengembangkan dirinya.

Setelah memahami potensi diri sendiri, seorang harus memahami posisinya di masyarakat. Posisi mahasiswa di masyarakat adalah sebagai masyarakat sipil (civil society) akademia yang memiliki potensi untuk digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Seorang mahasiswa tidak boleh mengeksklusifkan dirinya sebagai seorang terpelajar saja. Karena masyarakat jugalah yang memberikan kita kesempatan untuk menuntut ilmu dan “menjadi” seorang mahasiswa.

Setelah memahami potensi dan posisi seorang mahasiswa, barulah kita harus mengaplikasikannya menjadi peran seorang mahasiswa. Peran seorang mahasiswa berbeda-beda bergantung masanya. Pada akhir abad kedua misalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ribuan mahasiswa mempunyai peran penting untuk memaksa Presiden Soeharto mundur dari jabatannya (reformasi). Sekarang, peran seseorang mahasiswa lebih didefinisikan menjadi dua hal. Yang pertama, mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa ini. Mahasiswa dengan segala potensinya diharapkan menjadi pemimpin bangsa yang akan terus membangun dan memperbaiki bangsa ini nantinya. Selain itu mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa ini diharapkan mampu mendidik generasi yang lebih muda sembari melakukan kaderasi dengan menanamkan nilai-nilai positif. Yang kedua, mahasiswa diharapkan mampu terjun langsung ke masyarakat untuk berkontribusi langsung terhadap masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk menjadi solusi di masyarakat atas segala permasalahan yang ada, sehingga tidak ada batas antara seorang mahasiswa dengan masyarakat lainnya.

Bukti konkret seorang mahasiswa telah menjalankan perannya adalah banyaknya acara pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa. Beberapa mahasiswa telah menggunakan bidang keilmuannya untuk berkontribusi membantu masyarakat. Mahasiswa teknik sipil telah mengaspal jalan yang berlubang maupun membangun jembatan di desa-desa, mahasiswa teknik kimia membuat biopori di pedesaan agar air mampu diserap dengan cepat sehingga tidak terjadi banjir ketika terjadi hujan lebat, dan lain-lain. Di samping itu, banyak mahasiswa juga tidak lupa untuk melakukan pengajaran dan kaderisasi ke generasi yang lebih muda seperti dilaksanakannya program “Indonesia Mengajar” sehingga permasalahan tidak adanya pengajar di daerah pedalaman mampu teratasi. Dan masih banyak contoh konkret lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa identitas mahasiswa sangat penting bagi seorang mahasiswa. Setiap mahasiswa harus menjunjung tinggi dan bergerak sesuai dengan identitas mahasiswa yang ada. Setiap mahasiswa harus mengerti posisi mereka di masyarakat, apa saja potensi yang mereka punya sehingga mereka akan terus mengembangkannya, dan apa saja yang harus mereka lakukan untuk masyarakat dan negara ini sehingga Bangsa Indonesia akan berjaya nantinya.

Penulis: Haris Askari, Mahasiswa Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung

Exit mobile version