SuaraJakarta.co, Kata ibu saya, dalam memasak, bumbu utamanya adalah bumbu cinta. Sejenak terkesan gombal atau norak. Namun, di balik pernyataan itu, sarat akan hikmah kehidupan.
Setelah saya telusuri, yang ibu saya maksud dengan bumbu cinta yakni perasaan yang turut terlibat dalam aktivitas memasak. Untuk menghidangkan masakan yang enak, tak cukup hanya dengan bumbu mutakhir koki terhebat sekalipun. Dibutuhkan perasaan cinta dalam setiap proses hingga masakan terhidang di meja makan.
Bumbu cinta itu, papar ibu saya, adalah perasaan senang, bahagia, dan sayang. Perasaan itu jika turut dilibatkan dalam aktivitas memasak akan menghasilkan makanan yang nikmat tidak hanya di lidah. Perasaan itulah yang hidup dalam masakan ibu dan memancarkan efek nikmat yang memikat.
Jujur, masakan ibu saya sangat sederhana. Jarang ibu memasak masakan tipe restoran yang wah. Namun, entah karena memang lapar, doyan, enak, atau karena pengaruh bumbu cinta, saya dan keluarga benar-benar tersihir dibuatnya. Masakan ibu mengalahkan setiap restoran atau warteg yang pernah saya temui. Dan, ayah saya pun merupakan orang yang mengaku lebih memilih makan makanan rumah (ibu) ketimbang di luar.
Sedemikian dahsyatkah efek bumbu cinta itu?
Ya, saya akui itu. Pun, jika dikaitkan dengan realita kehidupan, kita bisa mengambil teladan dari bumbu cinta dalam masakan. Memasak, kata ibu, ibarat hidup. Dibutuhkan kecerdasan dalam memadukan tipe masakan (menu-menunya), warna (agar menarik selera), dan dibutuhkan perasaan dalam prosesnya. Jika memasak atau hidup, tanpa kita libatkan perasaan dan sikap positif, maka hasilnya akan berantakan. Masakan boleh jadi matang dan terhidang. Namun, bisa jadi suasana hati yang buruk dari pemasaknya memengaruhi kelezatan hasil masakan. Begitu pun dengan hidup kita.
Jika dalam hidup kita masih saja merasa sesak oleh masalah kecemburuan sosial; pangkat, jabatan, harta; atau masalah ringan seperti buruk sangka, susah menolong, mencela, dan sebagainya bisa jadi hidup kita berantakan. Rasa-rasanya setiap hari adalah beban buat kita. hidup terasa sempit dan sulit. Ada saja masalah yang menerpa.
Nah, jika masih begitu, segera bebaskanlah diri Anda. Mungkin ada bumbu cinta yang lupa Anda taburkan dalam hidup Anda. Mungkin kita terlalu sering melihat ke atas dan mengukur diri dengan orang yang keadaan hidupnya jauh lebih baik secara materi dibanding kita. Mungkin kita lupa bersyukur. Bisa jadi, karena lupa inilah kita malah menahan sedekah maupun perbuatan baik kita yang lain.
Sekarang, saatnya kita berefleksi. Ingat tujuan awal hidup kita. Siapkan bekal terbaik, dan racik segala sesuatunya dengan cara terbaik pula. Jika ingin memasak suatu menu, maka bahan-bahan yang disiapkan pun harus sesuai. Singkirkan bahan yang tidak mendukung. Jangan lupa, masukkan bumbu dengan komposisi yang sesuai. Tentu, bumbu cinta pun wajib dihadirkan. Agar masakan menjadi lezat dan hidup lebih nikmat.