Site icon SuaraJakarta.co

Aksesibilitas Masyarakat Terhadap Narkoba

gejala-narkoba Hetty Koes Endang suara jakarta

Ilustrasi narkoba.

Narkoba bukan lagi istilah yang asing di telinga kita. Saat ini narkoba seakan-akan sudah menjadi barang yang layak dikonsumsi, baik itu oleh kalangan dewasa, remaja, bahkan anak-anak di bawah umur. Narkoba merupakan sebuah singkatan yang terdiri dari kata narkotika dan bahan/obat-obatan yang berbahaya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memperkenalkan istilah lain tentang narkoba yaitu Napza, yang kata tersebut juga merupakan sebuah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Dari kedua istilah yang hampir sama tersebut mengandung makna yang sama, yaitu merupakan sebuah senyawa yang mengakibatkan kecanduan bagi orang yang menggunakannya. Menurut dunia medis, narkoba merupakan sebuah senyawa yang dipakai untuk menahan rasa sakit bagi pasien yang akan dioperasi. Tetapi pada saat ini paradigma masyarakat terhadap narkoba sudah menyalahi kaidah dan fungsinya akibat banyaknya pemakaian yang berlebihan dan di luar ketentuan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penyebaran narkoba sangat cepat. Mengingat akses masyarakat terhadap narkoba itu sangat mudah. Bentuk narkoba yang ada di masyarakat tidak hanya berbentuk obat-obatan atau bahan tertentu saja, melainkan mulai dari barang-barang konsumsi seperti peremen hingga rokok telah terkandung zat narkoba sehingga sulit bagi kita untuk memberantasnya. Selain faktor tersebut, cepatnya penyebaran narkoba juga diakibatkan oleh adanya oknum-oknum yang secara sengaja membagi-bagikannya, baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan. Hal ini jelas mengakibatkan resahnya berbagai piihak, mulai dari keluarga, masyarakat, ataupun pemerintah. Sebenarnya upaya penanggulangan narkoba sudah sering dilakukan oleh pemerintah, namun upaya tersebut belum optimal dikarenakan pada pelaksanaannya hanya terfokus pada pengobatan bukan pada pencegahan.

Salah satu badan yang menangani tentang permasalahan narkoba di Indonesia, yakni Badan Narkotika Nasional memprediksi bahwa pengguna narkoba di Indonesia akan terus meningkat. Badan tersebut memprediksi bahwa pada tahun 2015 pengguna narkoba akan menyentuh angka 5.1 juta orang. Angka tersebut sangat mengejutkan, karena setidaknya hampir 2% dari total penduduk Indonesia merupakan pengguna narkoba. Menurut BNN, sebanyak 251 jenis narkoba telah berkembang di hampir 70 negara di dunia. Kemudian angka kematian yang diakibatkan oleh penyalahgunaan narkoba diprediksi akan menyentuh angka 367.000 orang, dimana sekitar 104.000 orang terdiri dari anak-anak di bawah umur 15 tahun dan sekitar 263.000 orang terdiri dari orang-orang dewasa. Selain itu, BNN menyatakan bahwa jumlah kasus penyalahgunaan narkoba yang melibatkan pelajar terus meningkat. Terbukti dari data tahun 2007 yang mencapai sekitar 4.138 kasus meningkat pada tahun 2011menjadi sekitar 5.087 kasus. Namun BNN menyatakan bahwa kasus narkoba terbanyak dialami oleh kalangan usia dewasa atau usia diatas 30 tahun. Menurut data yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan oleh BNN selama lima tahun terakhirsebanyak 52,2 % manusia Indonesia berumur 30 tahun terjerat kasus narkoba.

Saat ini kita menyadari bahwa penanggulanggan masalah narkoba di Indonesia belum optimal, hal ini disebabkan karena kurangnya dukungan dari semua pihak. Untuk menanggulangi masalah narkoba perlu dukungan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak yang berkaitan langsung diantaranya keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Sedangkan pihak yang secara tidak langsung diantaranya keadaan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sebagainya. Semua pihak yang telah disebutkan haruslah saling mendukung dan berkesinambungan, sehingga hasil yang diharapkan akan tercapai. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba diantaranya, upaya pre-emtif, preventif, represif, kuratif dan rehabilitatif yang simultan dan berkelanjutan.

Penulis: Aang Sanjaya, Mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran

Exit mobile version