SuaraJakarta.co, Ramadhan sering hanya dilihat sebagai bulan di mana kita dapat mengakselerasi ibadah kita ke titik yang mengagumkan. Sholat berjamaah di masjid bertambah, tilawah berlembar-lembar dicapai, bisa bangun tepat waktu bahkan sebelum shubuh sekalipun. Kita sering fokus ke pembahasan bagaimana di bulan yang suci ini, kita memang harus menambah daya gedor amalan kita. Tidak ada yang salah, memang ini adalah momentum kita memperbanyak ibadah kita.
Satu hal yang menarik dari Bulan Ramadhan adalah bulan ini berhasil menyadarkan kita. Menyadarkan kita bahwa amalan yang kita lakukan di hari-hari Ramadhan sebenarnya juga bisa diaplikasi di hari-hari bulan non-Ramadhan. Satu hari di Bulan Ramadhan dan satu hari di bulan lainnya, sama-sama terdiri dari 24 jam. Tidak ada perbedaaan jumlah waktu. Tetapi di Bulan Ramadhan kita jadi sadar, bahwa jika kita mau, kita bisa meluangkan waktu sholat berjamaah di masjid. Jika kita mau, kita bisa membaca berlembar-lembar Al-Qur’an dalam sehari. Jika kita mau, kita bisa lebih menahan amarah dan nafsu makan kita.
Betul, mumpung Bulan Ramadhan kita punya hak meningkatkan intensitas ibadah. Tidak salah. Memang iming-iming pahala yang besar sengaja Allah berikan kepada kita untuk hal ini juga. Tetapi kita juga harus mengevaluasi, sebagus apa kita menggunakan waktu di bulan selain Ramadhan.
Berbicara tentang perubahan, tidak hanya ibadah sholat, doa, dan puasa saja yang berubah di Bulan Ramadhan. Jika kita melihat dengan cermat, banyak perilaku masyarakat yang berubah di waktu Ramadhan ini. Tontonan lebih Islami, infotainment lebih sadar diri dengan konten yang dibawanya, kebersamaan antar warga pun lebih erat saat berbuka puasa maupun Sholat Tarawih berjamaah di masjid. Kita juga menjadi lebih jujur pada diri dan hati kita, apakah yang kita lakukan ini adalah dosa atau bukan. Kita sebenarnya bisa mengaplikasikan di bulan lainnya juga.
Aktivitas rutin di Bulan Ramadhan memang biasanya dikurangi intensitasnya. Jam sekolah dikurangi, pekerjaan kantor lebih menyesuaikan dengan waktu ibadah, dan banyak yang lain. Memang hal ini juga berdampak dengan waktu ibadah kita yang bertambah. Tetapi kita sering lupa, bahwa biasanya untuk membunuh waktu kita justru menambah kegiatan di luar jadwal formal kita. Poin pentingnya adalah kita sebenarnya tetap banyak beraktivitas di Bulan Ramadhan, mirip hari-hari biasanya. Hal ini menunjukkan bahwa puasa bukan sebagai halangan besar bagi mayoritas kegiatan kita. Bahkan sudah banyak penelitian medis yang membuktikan bahwa puasa justru baik bagi kesehatan tubuh.
Kita tetap wajib mengistimewakan bulan Ramadhan lewat bertambahnya daya gedor ibadah kita dibandingkan bulan lain. Suatu tindakan yang baik jika intensitas ibadah bisa kita tingkatkan di Bulan Ramadhan. Tetapi kita juga harus mengevaluasi diri, apakah ibadah kita di bulan lainnya sebenarnya sudah mencapai usaha maksimal. Bisa jadi kita selama ini belum efisien menggunakan waktu. Semoga tulisan ini bisa terus mengingatkan penulis dan para pejuang surga lainnya. Selamat beribadah dan menebar manfaat.
Penulis: Muhammad Jhovy Rahadyan, Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran dan Kepala Biro Bandung BEM Kema Universitas Padjadjaran 2013