SuaraJakarta.co, JAKARTA (3/7) – WWF, Greenpeace, dan Rainforest Action Network (RAN) menyatakan bahwa industri besar pulp & paper , Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), berusaha untuk menghindari penyelidikan independen praktek pengrusakan hutan di Indonesia dengan menarik dukungannya dari Forest Stewardship Council (FSC).
Pada tanggal 22 Juni 2013, FSC mengumumkan bahwa APRIL meminta untuk menghentikan semua proses sertifikasi hutan -Chain of Custody (CoC-lacak balak)- yang telah diajukan ke FSC (1).
Sebelumnya, ketiga organisasi lingkungan hidup ini telah mengajukan keberatan kepada FSC bahwa APRIL telah melanggar Kebijikan Asosiasi FSC karena telah melakukan konversi besar-besaran hutan alam di Indonesia untuk perkebunan, termasuk hutan bernilai konservasi tinggi. Perusahaan ini juga telah melakukan pembiaran terjadinya konflik sosial di dalam areal konsesinya.
Merespon pengumuman FSC tersebut, APRIL menyatakan bahwa keputusan mereka ‘untuk menghentikan atau tidak melanjutkan sertifikasi FSC CoC/ sertifikasi CW dimasa mendatang , didasariakan kekhawatiran terhadap Kebijakan Asosiasi FSC’ (2).
Kebijakan Asosiasi FSC ditetapkan untuk memastikan bahwa FSC hanya berasosiasi dengan perusaaan yang berkomitmen pada prinsip-prinsip mendasar pengelolaan hutan yang bertanggung jawab. Kebijakan ini dibuat untuk memastikan bahwa perusahaan yang sudah mempunyai sertifikat FSC CoC tidak melakukan konversi hutan bernilai konservasi tinggi dan juga tidak mengkonversi lebih dari 10.000 ha hutan dalam jangka waktu 5 tahun terakhir – Jika ada perusahaan yang melakukan konversi hutan mendekati luasan tersebut tidak langsung dicabut sertifikasinya tetapi diarahkan pada Complaints Panel indenpenden untuk dilakukannya penyelidikan , dengan mempertimbangkan kondisi lokal, skala operasi dan rencana konversi.
“Dengan keluarnyadari FSC, APRIL berusaha menghindari pengawasan independen. Hal ini membuktikan bahwa bahwa praktik-praktik pengrusakan hutan yang dilakukan APRIL tidak sesuai dengan kebijakan FSC,” kata Aditya Bayunanda dari WWF-Indonesia.
“Antara tahun 2007 hingga 2012, APRIL bersama dengan para pemasoknya telah mengkonversi 200.000 ha hutan tropis Sumatera menjadi perkebunan. Sebagian besar hutan tersebut merupakan habitat penting bagi spesies yang telah kritis seperti harimau dan gajah Sumatera.” (3)
“Perusahaan-perusahaan seperti APRIL yang sangat bergantung pasokan kayu dari hutan tropis ini telah menyebabkan terjadinya konflik sosial masyarakat adat dengan tidak menghormati hak ulayat mereka . Kegiatannya jelas sangat tidak berkelanjutan,” kata Lafcadio Cortesi dari RAN. “Dengan mundur dari FSC, April mengeluarkan sinyal jelas untuk pasar bahwa mereka tidak punya niat untuk menghentikan pengrusakan hutan. Pernyataan bertentangan yang dikeluarkan oleh APRIL hanya merupakan upaya greenwash.”
“Saat ini APRIL merupakan industry pulp terbesar yang melakukan perusakan hutan di Indonesia. Di tahun 2012 sendiri, para pemasoknya berencana untuk membuka sekitar 60.000 ha hutan,” kata Zulfahmi dari Greenpeace Asia Tenggara. “Greenpeace memanggil semua perusahaan yang membeli produk-produk APRIL untuk membatalkan kontraknya hingga APRIL memperbaiki tindakannya dan menghentikan pengrusakan hutan”
WWF, Greenpeace dan RAN menyerukan APRIL untuk segera menghentikan semua pembukaan hutan alam di wilayah konsesi dan para pemasoknya, juga berkomitmen pada kebijakan “zero deforestation”. Lembaga Swadaya Masyarakat juga menyerukan FSC untuk memastikan bahwa perusahaan apa pun yang melakukan pengrusakan hutan – seperti perusahan-perusahaan yang berelasi dengan grup Royal Golden Eagle (RGE), dimana APRIL merupakan salah satunya – tidak layak mendapatkan sertifikasi FSC.