Sosialisasi Konsep Ekonomi Islam, Tugas Siapa?

Oleh: Jaharuddin, Dosen & Praktisi Entrepreneur

SuaraJakarta.co, OPINI – Ekonomi Islam saat ini menjadi solusi perekonomian dunia, termasuk di Indonesia, perkembangan industri syariah ditanah air, berimplikasi pada dibutuhkannya sumber daya manusia yang semakin banyak setiap tahunnya. Dibutuhkan 40.000 sumber daya manusia baru di sektor perbankan syariah disetiap tahunnya (www.republika.co.id), jumlah yang tidak kalah banyaknya juga dibutuhkan di asuransi syariah, pasar modal syariah, pergadaian syariah, BMT, bisnis syariah dan lain-lain.

Potensi ini mendorong semakin diminatinya program studi ekonomi Islam diberbagai universitas, akhirnya mendorong semua kampus negeri dan swasta berlomba-lomba membuat jurusan atau program studi ekonomi Islam/syariah, paling tidak konsentrasi ekonomi Islam/syariah.

Dosen mempunyai tugas melakukan tridharma perguruan tinggi, khusus di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dilengkapi menjadi Catur Dharma perguruan tinggi, yaitu :

  1. Pendidikan dan Pengajaran.
  2. Penelitian.
  3. Pengabdian masyarakat.
  4. Al Islam dan Kemuhamadiyahan.

Dengan demikian seorang dosen bukan hanya mempunyai kepakaran pada bidang keilmuannya, namun saaat yang sama juga mempunyai agenda nyata di tengah masyarakat yang bermanfaat bagi masyarakat, di Perguruan Tinggi Muhammadiyah diwarnai dengan nilai-nilai Islam.

BACA JUGA  Pers dan Politik: Menumbuhkembangkan Kembali Marwah Idealisme Pers

Dosen tetap pada program studi ekonomi Islam FEB UMJ, Jaharuddin, SE, ME dan Adi Mansyah, MA, menginisiasi melakukan program pengabdian masyarakat yaitu SOSIALISASI KONSEP EKONOMI ISLAM kepada para mahasiswa yang dinaungi oleh Yayasan Pemuda Mutiara Bangsa, Ciputat, Tanggerang Selatan.

Program pengabdian masyarakat bertransformasi dari “working for the community” menjadi “working with the community” bermakna para dosen bukan hanya menjadi pakar yang terkesan mengajari terhadap permasalahan sosial. Sekarang pengabdian masyarakat menempatkan dosen sebagai pelengkap sekaligus pembelajar.

Pelengkap atas apa yang telah ada di masyarakat untuk ditingkatkan ataupun diperbaiki, dan pembelajar bermakna mampu membawa pelajaran baru dari pemahaman yang baik dari realitas di masyarakat, untuk dibawa ke dalam ranah teoritis dan diajarkan di bangku perkuliahan.

Yayasan Pemuda Mutiara Bangsa yang membawahi STIE Bisnis Indonesia (STIE-BI) Ciputat. Di STIE-BI Ciputat terdapat S1 jurusan Manajemen dan S1 Jurusan Akuntansi, yang sampai saat ini masih belajar ekonomi konvensional.

Dengan latar belakang inilah akhirnya terjadi komunikasi yang saling membutuhkan diantara STIE-BI Ciputat dan program studi Ekonomi Islam FEB UMJ untuk melakukan pengabdian masyarakat dengan konsep sosialisasi ekonomi Islam.

BACA JUGA  Reklamasi Pulau G Simbol Kemenangan Oligarki?

Dan terbukti disambut positif dan antusias oleh mahasiswa STIE BI Ciputat, mereka antusias mengikuti pembelajaran konsep ekonomi islam, mereka rela menyisihkan waktu 105 menit pada setiap pekannya untuk mengikuti sosialisasi ini, bahkan mereka juga berkenan untuk mengikuti ujian tenggah program dan ujian akhir program dengan serius.

Untuk saat ini mereka mendapatkan pelajaran dengan tema:

  1. Konsep dasar ekonomi Islam.
  2. Karakteristik dan rancang bangun ekonomi Islam.
  3. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.
  4. Riba.
  5. Konsep dasar teori produksi dan konsumsi dalam islam.
  6. Kebijakan Fiskal dalam Islam.
  7. Kebijakan Moneter dalam islam. (8). Wakaf tunai sebagai instrument keuangan syariah.
  8. Zakat penyubur jiwa, pembawa berkah.
  9. Fiqh Muamalah.

Harapannya kerjasama ini terjalin dengan baik dan berlanjut dimasa mendatang. Dengan demikian nilai keislaman dalam ekonomi bisa tersosialisasi dengan baik kepada banyak pihak, dan pada dasarnya semua kita menjadi duta-duta sosialisasi nilai ekonomi Islam, karena dibutuhkan dan menjadi solusi bagi kehidupan nyata masyarakat di Indonesia bahkan dunia. (JML)

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles