Masih Ada 73 % Warga Jakarta Yang Belum Kena HIV/AIDS

SuaraJakarta.co, JAKARTA – Berdasarkan pendataan yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DKI Jakarta, populasi kunci pendeteksi HIV/AIDS di Jakarta hanya menyumbang 17 persen dari jumlah ODHA yang ada. Artinya, masih ada 73 persen orang lagi yang belum terdeteksi HIV/AIDS di Jakarta.

“73 persen itu berasal dari pelanggan PSK dan pasangan seks sesama jenis. Mereka masih tertutup,” ungkap Direktur Eksekutif Daerah PKBI DKI Jakarta, Bonitha Merlina kepada Lampu Hijau, Kamis (24/11/2016) kemarin.

Bahkan saat ini, sebanyak 25 persen orang yang positif terjangkit HIV berasal dari remaja di bawah usia 25 tahun.

“Jumlah terbanyak adalah anak remaja dibawah usia 25 tahun. Saat melakukan tes HIV, anak dibawah 18 tahun butuh pendampingan orangtua. Sebaiknya tes HIV dilakukan secara sadar oleh masyarakat umum, bukan hanya PSK dan pemakai narkoba saja,” tambahnya.

Sejauh ini, PKBI memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pentingnya mengecek HIV/AIDS.

“Jadi ini satu tantangan tersendiri, masyarakat harus aktif melakukan tes HIV. Penularan HIV melalui vagina, cairan sperma dan darah. Tidak bisa lewat udara,” paparnya.

BACA JUGA  Anis Matta: Kita Butuh Kapasitas Leadership Karena Kapasitas Sosial Lebih Maju dari Kapasitas Politik

Jika ada pasien berisiko yang ingin mengikuti tes HIV, sambung Bonitha, bisa dilakukan pertiga bulan sekali.

“Bagi pasien tidak berisiko yang ingin tes bisa setahun sekali. Jika dari hasil tes positif, akan diberikan obat ARV. Obat ARV gratis karena dapat subsidi dari pemerintah,” jelas Bonitha yang juga berperan sebagai mitra Komisi Penangggulangan AIDS (KPA) Provinsi DKI Jakarta itu.

Bersama KPA Provinsi DKI, PKBI dan Linkages terus mengejar target program Jakarta fast track yang dipriotitaskan untuk membuat Jakarta bersih dari HIV/AIDS di tahun 2020. Melalui program fast track, KPA Provinsi akan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku sehat dan aman agar terlindung dari HIV dan AIDS. Kemudian menyediakan pelayanan HIV dan AIDS yang komprehensif dan berkesinambungan yang lebih responsive gender, serta meningkatkan dukungan terhadap ODHA agar dapat hidup seperti layaknya masyarakat umum. Untuk itu, KPAP DKI Jakarta bersama para penggiat HIV/AIDS melakukan deteksi dan pengobatan terhadap pasien penderita HIV/AIDS yang tersebar di sejumlah wilayah.

BACA JUGA  Perempuan ini Sukses Dorong Perusahaan Farmasi Raksasa Turunkan Harga Obat Hepatitis C

Sekretaris KPA Provinsi DKI Jakarya, Dra Rohana Manggala menambahkan, jumlah tertinggi penyebaran HIV/AIDS ada di Jawa Timur.

“Kasus lebih banyak disebabkan dari lelaki, yakni 72 persen. Kedepannya, perlu ada Pergub yang mengatur agar dapat dilakukan evaluasi dan monitoring,” ungkapnya di Jakarta.

Sementara menurut Erlian Rista Aditya dari Linkages mitra kerja KPA, perlu adanya pembenahan infrastruktur kota dan pengurangan angka pengangguran agar dapat mengurangi jumlah PSK serta menekan penyebaran HIV/AIDS di Jakarta. Atau Jakarta butuh tempat yang diprioritaskan untuk menampung para PSK.

“Karena dengan adanya hotspot tersebut akan memudahkan para penggiat HIV/AIDS untuk mendeteksi dan mengobati para ODHA,” tegasnya.

Dijelaskan Erlian, program fast track memiliki empat populasi kunci. Yakni, PSK, waria, hubungan pria dengan pria (homoseksual, red) dan pertukaran jarum suntik (pemakai narkoba, red).

“Pencegahan penyebaran HIV/AIDS, PSK harus menggunakan kondom dan tidak berbagi jarum suntik. Jika ada yang positif HIV, harus segera menjalani pengobatan,” pungkasnya (Van)

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles