Tips Melawan Kolesterol (Bagian 1)

“Dok, kata petugas apotik, kolesterol saya tinggi. Pantesan leher saya kaku terus. Padahal saya ga suka makan daging,” keluh seorang pasien.

Soal jawaban dari pertanyaan di atas, ada dua hal yang perlu dijelaskan di sini.

Pertama, pemeriksaan kolesterol di apotik itu biasanya menggunakan darah kapiler, dan hanya menghasilkan data kolesterol total. Jadi tidak bisa dipegang sebagai patokan satu-satunya kondisi kolesterol seorang individu.

Kedua, seyogyanya, kolesterol diperiksa sebagai profil lemak darah, yang terdiri dari kolesterok total, trigliserida (TG), LDL dan HDL (lemak baik), dari darah vena dalam kondisi individu puasa 9 jam.

Tidak semua jenis kolesterol tersebut harus rendah, sebab beberapa jenis kolesterol dibutuhkan tubuh untuk melarutkan beberapa jenis vitamin dan zat lainnya. Ada lemak yang harus ada dalam jumlah tertentu, jika lebih malah bagus, mereka adalah HDL (high density lipoprotein). Ada pula lemak yang jumlahnya tidak boleh terlalu tinggi dalam darah, mereka adalah Trigliserida (selanjutnya disingkat TG), dan LDL (low density lipoprotein). Karena itu, kondisi di mana lemak baik terlalu rendah, atau lemak jahat terlalu tinggi lebih sering disebut sebagai dislipidemia, namun masyarakat umum lebih sering menyebut sebagai kolesterol tinggi.

Lalu, apakah yang harus dilakukan jika terjadi dislipedemia? Haruskah menyetop konsumsi semua jenis lemak secara ekstrim?

BACA JUGA  Tips Membuat Sambal Ayam Geprek Yang Paling Cocok dan Enak, Bisa Kamu Coba di Rumah Lho

Tidak sepenuhnya benar bahwa diet rendah lemak secara ketat harus dilakukan oleh individu dengan dislipidemia. Lagipula, lemak dari makanan tak sepenuhnya jadi satu-satunya penyebab tingginya kolesterol darah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam diet rendah lemak ini, hal-hal tersebut adalah:

1. Bijak mengkonsumsi makanan berlemak.
Jangan beranggapan bahwa menurunkan kolesterol bisa dilakukan dengan hanya mengurangi semua jenis makanan berlemak. Oke, benar, bahwa jumlah lemak yang dimakan tidak boleh lebih dari 20% kebutuhan kalori, jika perlu hanya 10%. Namun ini tidak berlaku untuk semua lemak dan semua kondisi. Lemak dari ikan justru akan menurunkan TG dan LDL. Menurut emedicine.com, setiap hari mengkonsumsi setengah kilogram ikan laut, seperti sarden, tuna, herring dan salmon, dapat menurunkan TG hingga 40%. Jadi, perbanyaklah konsumsi asam lemak tak jenuh ganda.
Perlu diingat juga, diet ketat lemak, pada individu bertubuh sedang hingga kurus, malah menyebabkan kenaikan TG.

Bahkan, pada mereka yang gemuk, diet ketat rendah lemak ini tidak secara langsung akan menormalkan TG dan LDLnya. Jika mereka tidak kehilangan berat badan dengan diet ketat, maka tubuh akan memproduksi lebih banyak lagi TG, bukannya menurunkannya.

2. Perbanyak konsumsi serat.
Semua serat, ibarat saringan yang akan menyaring lemak dari saluran cerna.
Kurangi konsumsi karbohidrat sederhana (gula, minuman manis), serta makanan berasal dari tepung terigu, dan perbanyak konsumsi sumber karbohidrat kompleks serta berserat tinggi. Banyak minum jus buah, atau minuman ringan bersoda non diet, dapat segera menaikkan TG.

BACA JUGA  Tidak Perlu Mematikan HP Saat Tidur

Jadi, jika anda sudah ketat menghindari makanan berlemak, namun kolesterol darah susah turun, maka cobalah perhatikan pola makan yang lain: konsumsi minuman manis.

3. Asam Lemak omega 3.
Ini bagian yang saya suka. Sebab saya pernah jual suplemennya. Ini adalah asam lemak yang banyak terdapat dalam lemak ikan dan flax seed. Mengkonsumsinya dalam dosis tinggi (10 atau lebih gram per hari), dapat segera menurunkan TG hingga 40%.
Dosis ini bisa didapat dengan mengkonsumsi kapsul asam lemak omega3. Anda dapat pula mengkonsumsi setidaknya setengah kilogram ikan sardin, herring atau mackarel (tuna). Jika pun terjadi peningkatan berat badan, maka nilai TG tak akan turut naik.

4. Abstinensia dan pengingkaran total pada alkohol. Tidak ada pembahasan panjang lebar soal ini. Stop saja, titik!

Selain soal pengaturan diet, sebenarnya individu dengan dislipidemia juga harus memperhatikan aktivitaa fisiknya. Soal ini akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Penulis: dr.Sari Kusumawati
Sumber: emedicine.com

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles