10 Tips Mengatasi Cedera Anak

SuaraJakarta.co, KESEHATAN – “Huaaa,,Mamaaaa, sakiiittt!”, tangisan Umay bergema di seluruh penjuru rumah. Dia baru saja terjatuh dari kursi, lututnya membentur lantai, tak ada memar apalagi darah yang keluar. Dalam sekejap semua penghuni rumah datang menghambur berusaha menghibur.

Nyeri memang sebuah sensasi subjektif, yang setiap orang apalagi anak akan memberi respon berfariasi, sesuai jenis nyeri serta karakter anak. Untuk satu jenis nyeri, ada anak yang bisa menangis histeris, ada anak yang hanya meringis, bahkan ada yang tidak menangis sama sekali. Anak usia 3 tahun walaupun bicaranya sudah jelas, belum mampu mengidentifikasikan jenis nyeri penyebab tangisnya. Selain karena cedera, pada penyakit akibat virus anak juga akan merasakan nyeri di anggota tubuhnya. Nyeri inilah yang menyebabkan rewel, yang tak ayal sering membuat orang tua panik, hingga segera membawa anak ke Unit Gawat Darurat padahal hanya demam biasa.

Menjaga anak agar aman dan terlindung dari cedera adalah tugas orang tua. Namun ketika cedera terjadi, maka ada beberapa cara untuk membantu anak menangani nyerinya. Sebuah rumah sakit anak di Toronto Kanada menulis sepuluh saran untuk mengatasi nyeri yang dialami anak.

Kesepuluh saran tersebut adalah:

  1. Segera berikan respon ketika anak mengeluh nyeri. Nyeri tidak boleh diabaikan. Nyeri yang tidak ditangani akan menyebabkan stres pada anak, dan merangsang jalur saraf nyeri yang kelak menerjemahhkan setiap nyeri sebagai serangan luar biasa. Dengan kata lain, anak akan merespon ‘lebay’ kelak jika keluhan nyerinya sekarang diabaikan oleh orang tua.
  2. Identifikasi keparahan nyeri. Tanyakan padanya seberapa kuat nyeri yang ia rasakan, jika perlu gunakan skala nyeri 0 hingga 10, atau minta ia mendeskripsikan nyerinya: nyeri ringan, sedang atau berat. Latihan ini harus dibiasakan, agar anak juga belajar memberikan respon yang wajar terhadap setiap nyeri.
  3. Ada tiga metode yang bisa dipakai untuk mengobati nyeri, anda dapat menggunakan kombinasinya: terapi farmakologi (obat), terapi fisik dan terapi psikis. Misalnya, selain memberikan obat penghilang nyeri, anda dapat memberikan terapi psikis yaitu dengan mengoleskan minyak urut dengan rasa hangat, atau kompres dingin. Strategi psikis yang bisa dipakai adalah dengan mengalihkan perhatian, melatih tarik dan menghembuskan nafas. Misalnya, sambil mengompres kepala yang memar karena terbentur lantai, anak bisa diajak melihat kucing kesayangannya, atau melanjutkan permainan kereta api yang sebelumnya dia mainkan.
  4. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Pencegahan ini bisa berupa segera memberikan obat penghilang nyeri segera begitu nyeri akibat cedera muncul, jangan menunggu anak meraung kesakitan untuk memutuskan memberikan obat. Konsultasikan pada dokter atau petugas apotik tentang dosis dan jenis obat penghilang nyeri tanpa resep yang efektif dan aman bagi anak.
  5. Gunakan kompres dingin. Air dingin dan es sangat bermanfaat untuk mengurangi nyeri. Luka robek, luka sayat atau luka bakar dapat dialiri dengan air es. Tindakan ini selain dapat membantu membersihkan luka, juga memberikan efek dingin yang berefek anestetik. Luka memar, nyeri kepala, kram otot, gigitan serangga dapat dikompres dengan kain yang dibasahi air es. Mengompres bergantian antara es dan air hangat juga sangat mengurangi nyeri akibat radang, kram otot serta radang sendi.
  6. Mandi berendam dengan air hangat, kompres dwngan botol berisi air hangat dan memanaskan dengan kain panas juga bisa mengurangi berbagai nyeri. Kompres panas ini memperbaiki aliran darah, sehingga meringankan kram, nyeri sendi atau memar.
  7. Gunakan pula pilihan lain: memijat. Pijatan juga bisa menjadi pilihan. Cedera otot akibat regangan, kram dan kelelahan sangat cocok jika diberikan terapi pijat. Sensasi sentuhannya pun menjadi semacam penenang bagi anak, apalagi bila dilakukan sendiri oleh sang ibu.
  8. Biasakan anak berolahraga, jangan lupa diawali pemanasan. Kebiasaan ini akan membuat anak lebih terampil bergerak, sehingga tidak mudah cedera. Gerakan ringan dan lembut juga membantu penyembuhan anggota gerak yang mengalami cedera ringan.
  9. Alihkan perhatian. Ini terutama bisa dilakukan pada nyeri ringan, jenis pengalihan pun disesuaikan dengan umur anak. Bayi bisa diajak bermain dengan mainan berwarna-warni ceria, dengan bunyi lucu atau dengan bermain di depan kaca. Anak kecil dapat diajak bermain balon tiup, membaca buku kesukaannya, atau bermain dengan mainan favoritnya. Sementara anak yang lebih besar lebih bisa memutuskan jenis permainan apa yang dapat mengalihkan perhatiannya, baik berupa game di gadget atau video game.
  10. Lalu, kapan memutuskan harus membawa anak ke dokter atau rumah sakit? Sebelumnya, orang tua harus membuat dirinya tenang dan tidak panik, karena saat panik: semua jadi tampak darurat. Ini memang tidak mudah, namun jika memang orang tua melihat anak kesakitan dan perlu pengobatan dokter, maka membawa anak ke pelayanan medis adalah pilihan bijaksana.
BACA JUGA  Menuju Indonesia Bebas Tuberkolosis

Menjadi orang tua adalah proses belajar tiada henti. Maka orang tua juga harus memiliki cukup pengetahuan tentang penanganan kegawat-daruratan dalam rumah, dan rajin meng-update ilmunya.

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles