Ustadz Prestatif Berparas Punk

SuaraJakarta.co – TULISAN ini merupakan kelanjutan dari tulisan kemarin, kemarin saya janji untuk menuliskan beberapa inspirasi saat saya mengikuti program School for Nation Leader #1. Kebetulan hari ini ada jeda kuliah dari jam 12 sampai jam 3 sore. Daripada saya gunakan waktu itu untuk tidur, sepertinya menulis cerita ini bisa lebih bermanfaat. Selamat menikmati .

Gaya rambutnya seperti preman jalanan, dandanannya yang menyeramkan, perawakannya tidak terlihat sama sekali seperti seorang pemimpin. Ya, begitulah paras seorang teman saya yang luar biasa menginspirasi bernama Bara. Di hari pertama pelatihan, saya sempat heran kenapa panitia bisa-bisanya meloloskan orang berparas preman ini, padahal banyak sekali teman saya yang lebih keren kebanding saya malah tidak lolos seleksi. Ah, mungkin ini hanyalah sebuah keberuntungan. Di hari pertama, sifatnya seperti seorang preman, tapi ia tidak meminta-minta atau mengganggu orang lain. Ia hanya berparas preman saja. Ah, mungkin ia hanya akan menjadi peramai di pelatihan ini saja. Tanpa panjang pikir saya berkata seperti itu. Kami sempat berkenalan, tapi saya dan Bara tidak terlalu akrab di awal. Karena melihat penampilannya yang membuat mental blok saya makin kuat. Astagfirullahaladzim . . .

Hari kedua, tingkah laku dari seorang bara tidak jauh dengan hari pertama. Dengan ciri khas anak jalanannya, Bara masuk ke tempat pelatihan dan mengikuti acara pertama, yakni materi tentang ” Inspirasi Negara Madinah di Era Rasulillah SAW dalam Pembentukan Negara Indonesia” yang dibawakan oleh Pak M. Jazir, ASP. Rundown acara menyebutkan bahwa akan ada sesi coffe break sekitar pukul 10.00 WIB. Karena para peserta langsung menikmati sajian yang disediakan oleh panitia, saya memutuskan untuk pergi ke mushola untuk shala dhuha sambil menunggu antrian Coffe Break selesai. Di tengah-tengah shalat dhuha, tiba-tiba saya melihat Bara datang ke Mushola. Awalnya saya bingung mau kemana orang ini pergi. Ternyata ia juga ikut melaksanakan shalat Dhuha. Disana hati saya mulai bergetar dan ingin mencabut semua apa yang saya pikirkan di awal bertemu peserta berparas preman ini. Di saat itu, saya hanya melihat Bara saja yang datang ke Mushola untuk melaksanakan Shalat Dhuha. Ya Allah, selama ini saya salah menganggap bahwa ia adalah seorang anak muda yang hanya berparas preman dan hanya bisa berkelahi. Ternyata ia tidak lupa untuk terus memperbanyak amalan yaumiyahnya, walaupun banyak godaan di tempat pelatihan. Setelah shalat dhuha, Akhirnya saya pergi duluan ke tempat pelatihan lagi untuk sekedar menikmati coffe break. Sedangkan bara melaksanakan Shalat Dhuha

BACA JUGA  Resensi Novel ‘Sunset Bersama Rosie’

Hari ketiga, kebetulan hari ini bertepatan dengan hari kamis, dimana kita bisa melaksanakan puasa senin kamis. Materi kali ini adalah tentang ” Geneologi Lahirnya Indonesia : Komunitas Terbayang dari Entitas Suku Bangsa Menuju Kesatuan Tanah Air ” yang dibawakan oleh Pak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat ( pernah menjabat sebagai Rektor UIN Jakarta ). Seperti biasa, ditengah-tengah materi ada Coffe Break. Saya sengaja mengamati siapa saja yang berpuasa dan siapa yang tidak berpuasa. Saya amati Bara, apakah ia akan kembali shalat dhuha atau akan terlena dan menggurkan idealismenya dengan Coffe Break. Disana ada satu orang teman saya yang bertanya, ” Bara enggak ngambil Coffe Break ? “. Jawaban yang tidak saya sangka-sangka muncul dari mulutnya, ” Maaf mba, saya lagi puasa “. Ya Allah, masih sempat-sempatnya ada orang yang bisa menahan nafsu dan berpuasa di saat makanan berlimpah. Disana saya merasa sangat tertampar mendengar seseorang yang parasnya seperti punk jalanan masih sempat untuk berpuasa dan melaksanakan shalat dhuha di saat yang lain terlena dengan fasilitas yang disediakan.

BACA JUGA  Mau Sehat harus Cermat

Sebelum pelatihan berakhir, saya mencari tahu lebih dalam lagi tentang siapa seorang Bara ini sebenarnya. Setelah Research ke beberapa orang, ternyata Bara ini merupakan ketua perkumpulan punk yang ada di Surabaya. Ia memberdayakan anak-anak punk untuk bekerja di sebuah bengkel yang ia bangun sendiri bernama Bengkel Puliteknik . Selain itu, Bara sering mengajarkan dan mengajak anak-anak punk disana untuk shalat walaupun hanya sekedar mengikuti gerakannya saja. Yang jadi lebih menginspirasi lagi ia mempunyai idealisme yang kuat untuk memberdayakan anak-anak Punk dan mendirikan Pondok punk. Ia pun menginspirasi di bidangnya, tahun ini Bara akan pergi ke Amerika untuk mengikuti lomba Robotika Internasional. Ia butuh beberapa bantuan untuk bisa mengantarkannya ke Negeri Paman Sam tersebut. Semoga Bara bisa secepatnya mengumpulkan dana dan bisa berangkat untuk mempresentasikan karyanya. Ya, karya anak negeri di kancah internasional . . .

Penulis: Ryan Frizky, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan Founder Inspiranessia

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles