Kecintaan itu Berawal dari Kesadaran

“Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu” – John F Kennedy

SuaraJakarta.co – QUOTE di atas tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Kata-kata sederhana yang memiliki makna dan impact yang sangat besar bagi Amerika dan dunia ketika itu. Sederhana, karena memang itulah prinsip kehidupan sehari-hari yang kita terapkan. Bahwa mendahulukan kewajiban dan baru menuntut hak setelahnya adalah suatu keharusan bagi kita. Tetapi, lebih dari itu, kata-kata dari mantan Presiden Amerika Serikat di atas seakan-akan membangkitkan rasa nasionalisme dan ras memiliki dari semua warga negara yang memiliki keluh kesah terhadap negaranya.

Ya, pada hakikatnya, negara merupakan ‘benda mati’ yang tidak bisa memberikan apapun kepada kita. Kepada semua yang hidup yang ada di dalamnya. Negara baru akan terasa memberikan sesuatu kepada warganya ketika ada ‘aksi’ yang kita berikan untuk kemajuan negara tersebut. Yang tidak lain dan tidak bukan berarti bahwa itu merupakan hasil dari apa yang telah kita lakukan.

Fenomena yang terjadi saat ini di Indonesia sepertinya sedikit bergeser dari nilai-nilai yang telah kita bahas di atas. Krisis yang terjadi, kondisi di berbagai sektor yang Nampak semakin memburuk, sepertinya menjadi alasan utama mengapa banyak di antara kita sebagai warga negara lebih mengedepankan kritik dan keluhannya terhadap kondisi yang terjadi saat ini ketimbang melihat sejauh mana kontribusi yang telah kita berikan kepada negeri ini.

BACA JUGA  Mengenang Hari Olahraga Nasional “HaOrNas”

Jika kita membahas mengenai kontribusi, maka bahasan kita adalah mengenai segala hal yang bisa memberikan perubahan sebesar apapun dilingkup manapun. Termasuk didalamnya adalah aksi untuk memperbaiki kualitas diri kita sebagai warga negara. Dengan selalu mealukan perbaikan diri, maka secara tidak langsung kita telah ikut serta dalam upaya pembangunan negeri ini. Namun, apakah hanya sebatas itu kemampuan kita?

Sebesar apa kemampuan kita untuk ikut serta membangun engeri sebagai bentuk cinta kita terhadap negeri ini bergantung pada kesadaran dan rasa memiliki kita terhadap bangsa ini. Terlepas dari faktor ekonomi yang juga menjadi salah satu faktor penentu seberapa besar kemampuan kita, kita memiliki banyak hal besar lainnya untuk membangun bangsa ini. Dan semua itu berlandaskan kesadaran dan rasa memiliki. Masing-masing warga negara memiliki sudut pandang dan penilaian yang tentunya berbeda akan hal ini. Termasuk parameter-parameter kesadaran tersebut.

Contoh sifat yang selama ini dianggap kecil dan sepele namun memberikan dampak yang besar adalah sifat disiplin. Sebuah anekdot pernah muncul ketika seorang teman bertanya kepada teman yang lain terkait keterlambatannya di setiap kegiatan. Jawaban dari teman ini sangat sederhana, namun membuat miris, “karena kita tinggal di Indonesia”. Sebegitukah burukkah Indonesia? Ketika Indonesia buruk, apa artinya? Artinya adalah orang-orang yang ada di dalamnya lah yang membawa keburukan itu. Hal ini yang kadang kurang kita sadari bahwa setiap kemunduran bangsa ini adalah tanggung jawab kita, akibat dari apa yang kita lakukan.

BACA JUGA  Tantangan Kemandirian Industri Baja

Semua itu terjadi karena kecintaan kita terhadap negara ini masih sangat dangkal. Kita masih sangat sering tak acuh terhadap penyebab setiap kondisi yang terjadi bangsa ini, dan hanya menuntut perbaikan, perbaikan, dan perbaikan saja. Inilah yang harus kita rubah bersama. Harus tumbuh dari dalam hati kita bahwa setiap langkah yang kita jalankan, setiap kegiatan yang kita lakukan, akan membawa pengaruh terhadap kelangsungan bangsa ini kedepannya. Kesadaran itu harus kita munculkan di setiap detik waktu kita. Sehingga perubahan baik akan terjadi dalam diri kita dan akan menjadi modal besar bagi bangsa ini keluar dari krisis yang selama ini ‘mengkerdilkan’ bangsa raksasa ini.

Penulis: Akhmad Saifuddin, Mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles