Cuap-Cuap Menulis (1/2)

SuaraJakarta.co, Banyak orang yang memiliki kemampuan menjadi penulis. Banyak orang yang ingin menjadi penulis. Banyak pula yang masa kecilnya hingga kini bercita menjadi penulis. Namun di antara mereka ternyata tak sedikit yang kerap mempertanyakan diri sendiri atau trainer penulisnya tentang bagaimana menulis. Bagaimana menjadi penulis, atau bahkan bagaimana untuk mengawali menulis.

Bagi saya, menulis bukanlah profesi yang paling hebat. Jelas bukan. Saya hanya meyakini bahwa menulis adalah salah satu dari sekian profesi hebat yang ada di dunia ini. Kita bisa mengatakan menulis sebagai profesi, aktivitas, atau mari kita sebut menulis sebagai ibadah, kata ini lebih saya sukai.

Menulis menjadi hal hebat manakala manusianya (penulis) mampu mendayagunakan kebermanfaatan menulis. Pilihan mau menulis apa, menjadi penulis yang seperti apa, semua itu ada di tangan kita. Inilah yang menginspirasi judul buku saya yakni “Menulislah maka Kau…”

BACA JUGA  Membumikan Bumi Katulistiwa

Saya terinspirasi judul buku “Menikahlah, Engkau Menjadi Kaya”. Terdapat rona positif motivatif di dalam judul tersebut. Intinya, menikah menjadi hal yang mungkin ditemukan penulis (Ahmad Mudjab Mahalli) kerap dihindari lantaran ketakutan akan beban ekonomi atau apa. Dan buku tersebut hadir sebagai antitesisnya sekaligus pengejawantahan hadis Nabi untuk menyegerakan dan memudahkan urusan menikah tanpa kerisauan berlebih atas urusan rezeki (harta).

Tanpa bermaksud berpanjang lebar mendeskripsikan buku beliau, saya beranjak menangkap aura positif dari judul buku tersebut pada aktivitas kesukaan saya, menulis. Saya tidak menutup harapan siapapun yang membaca tulisan saya ini dan siapapun penulis untuk menjadikan dirinya apa dengan menulis. Anda boleh memilih akan menjadi apa dan menjadikan tulisan Anda apa sekehendak Anda.

BACA JUGA  Warga RW 03 Menteng Memberikan Hibah Hewan Kurban untuk Dhuafa dan Lansia

Di sinilah saya tertuntun untuk memahami mata pisau penulis. Penulis memiliki kemerdekaan sepenuhnya untuk menjadi driver diri dan tulisannya. Yang ingin saya nyatakan, kepahaman penulis terhadap besarnya efek tulisannya itulah yang semestinya diketahui. Jika setiap penulis memahami bahwa efek diri dan tulisannya sangat besar bagi sekelilingnya maka adalah sayang jika penulis menisbatkan tulisannya untuk jalan yang bathil (buruk) sementara peluang kebaikan dan kebermanfaatan sangat luas terbuka di depan mata.

Mari menulis!

Related Articles

Latest Articles