Bangkitkan Asa Pemuda !!!

SuaraJakarta.co – Mengingat kembali bahwasanya kemerdekaan negara ini tercipta dari tangan-tangan perjuangan para pemuda di masanya. Musuh yang nyata dan berwujud secara fisik merupakan lawan yang harus diperangi untuk mencapai titik nadhir kemerdekaan bangsa ini. Saat itu fokus dan tujuan para pemuda sudah sangat jelas yaitu merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Namun di era digital seperti sekarang, pemuda seolah kehilangan fokus dan tujuan untuk bangsanya, untuk negerinya, dan untuk masyarakatnya. Peran mereka dalam masa pembangunan ini perlu dipertanyakan. Peran mereka sebagai pemuda era digital dan serba praktis ini perlu dikuatkan. Dan peran mereka yang ‘galau’ terhadap fokus dan tujuan hidupnya perlu diarahkan.
Faktanya adalah bangsa ini dianugrahi “rejeki nomplok” yang manakala bisa menjadi peluang menjanjikan, namun manakala lagi bisa menjadi sebuah petaka dan bahaya. Rasio Beban Tanggungan (RBT) yang cukup rendah dengan banyaknya usia produktif yang menanggung usia muda dan tua yang relatif sedikit jumlahnya seharusnya mampu dimanfaatkan. Piramida penduduk negeri ini juga menunjukkan adanya ‘kegemukan’ pada sektor usia menengah yang bisa menjadi potensi dan stimulus dalam upaya peningkatan kesejahteraan bangsa melalui peran usia produktif dalam mengakselerasi pembangunan di berbagai sektor bernegara.

The Law of Diminishing Returns

BACA JUGA  Mau Sehat harus Cermat

Secara ekonomi terdapat konsep bahwa setiap penambahan konsumsi akan meningkatkan kepuasan hingga pada puncaknya, sehingga setiap penambahan kembali akan menurunkan kepuasan hingga titik terendah. Mungkin bisa menjadi analogi tatkala dihubungkan dengan perjuangan para pemuda yang dirunut menurut waktu. Perjuangan masa penjajahan dalam merebut kemerdekaan menjadi level puncak pergerakan pemuda melalui gagasan dan aksi nyata untuk memberikan kontribusi bagi pencapaian kemerdekaan Indonesia. Namun setelah itu, peran pemuda seolah hilang terdegradasi oleh arus zaman dengan perkembangan teknologi dan masuknya nilai-nilai dari luar. Sebut saja, inisiasi berbagai produk budaya seperti, game, fashion, lifestyle hingga pada puncaknya pada beberapa tahun belakangan yang disebut sebagai “zaman galaunya anak muda” dengan pemanfaatan media sosial sebagai upaya curahan hati, pencitraan, kepuasan individu, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Hingga pada sebuah tulisan yang menyebutkan kekhawatiran pemuda sekarang sebagai generasi wacana, generasi yang hanya mampu beretorika namun minim kontribusi nyata, generasi yang berlindung pada canggihnya era, dan mungkin menjadi generasi yang “tersandera” oleh comfort zone sehingga malas untuk keluar dari zona tersebut.

Inovasi melalui sinergi

Suatu produk akan mencapai titik jenuh hingga titik terendah. Solusinya adalah pada inovasi. Dengan adanya inovasi, titik jenuh bisa dikonversi kembali ke titik nol kembali. Begitu pula dengan peran pemuda era sekarang. Kunci permasalahannya adalah pada pergerakan dan kontribusi yang lemah karena adanya diskoordinasi antar pemuda. Banyak pemuda hebat negeri ini yang bergerak sendiri-sendiri. Banyak potensi pemuda saat ini yang belum diberdayakan sehingga belum muncul. Dan banyak ide-ide pemuda yang brilian namun hanya diperjuangkan sendiri.
Efisiensi pergerakan dapat tercapai tatkala adanya koordinasi dan sinergi antar stakeholders. Tenaga, pikiran, waktu, dan akses dapat digunakan secara efisien melalui alokasi sumberdaya yang tepat dan fokus pada pencapain tujuan. Pemuda harus menjadi investasi masa depan bangsa yang mampu menjadi motor bersama-sama menggerakkan berbagai sektor dan mampu menjadi inisiator perubahan yang lebih baik. Yang pada intinya, pemuda Indonesia bukanlah pemuda sebagai entitas individu, namun pemuda sebagai entitas kesatuan yang bergerak secara sinergi dan kolaborasi di berbagai lini. Sehingga kita boleh memandang optimis bahwa dalam kurun waktu 10-30 tahun mendatang, kita mampu tampil di atas panggung sebagai aktor utama dan berperan dalam upaya terciptanya Indonesia yang lebih baik, berdikari, berkemajuan, dan berkarakter. [ACS]

BACA JUGA  Pemuda Indonesia, Dari Sumpah Pemuda Hingga Kini

Penulis: Aditya Cahya Saputra, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

SuaraJakarta.co
Author: SuaraJakarta.co

Related Articles

Latest Articles