ESSAY: Dinamisasi Ragam Warna-Warni Wayang

SuaraJakarta.co, Seni wayang sebagai simbol mitologi alam semesta kerap dipercaya sebagai identitas asli orang Jawa, panjangnya proses asimilasi budaya selama ribuan tahun lamanya wayang berkembang hingga kemudian dikukuhkan sebagai ciri khas dan tradisi budaya Indonesia.

Hal menarik untuk diketahui selain fungsi wayang sebagai sarana pendidikan tentang ajaran tata nilai kehidupan, patut pula dicermati bahwa dibalik rumitnya pembentukan tatahan ukir wayang, hadir sebuah pemikiran sederhana tentang filosofi dibalik pemilihan warna dalam setiap karakter yang dibuat.

Meski tidak bermaksud mengidentikkan, ada dua wacana yang ingin penulis sampaikan. Pertama: Simplifikasi atau penyederhanaan* pesan yang mengemuka ada pada kandungan makna Merah-Putih; warna Merah lambang angkara murka, warna Putih perlambang turunan raja, dan lain sebagainya.

BACA JUGA  Akibat Penutupan Perlintasan Rel Kereta Api, Pembeli Sepi Pedagang Loak: 'Gak bisa Lebaran'

Kedua: Falsafah hidup kebangsaan Indonesia yang kita yakini pada warna Merah-Putih bendera Negara Republik Indonesia yang merefleksikan Berani pada warna Merah, dan Kesucian pada warna Putih. Ini jelas bukanlah simplifikasi pemilihan kata.

Souvenir Wayang Orang dalam tabung ini menyerupai bentuk aslinya namun telah dikreasikan dengan warna yang lebih variatif sebagai wujud uneternal culture dalam artian ruang perspektif budaya yang dinamis dan selalu berubah.

“Dirgahayu Republik Indonesia Ke-67, 17 Agustus 2012. Bangunlah Bangsaku, Majulah Negeriku, Sejahtera Indonesiaku!”

Foto:  Aljon Ali Sagara

*KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. III Penerbit Balai Pustaka

Related Articles

Latest Articles